RUPIAH ketat, biaya operasi pun harus lebih ketat. Mungkin begitulah ide yang terlintas di benak Mohamad Amid, Bos Asia Permai Group. Sebab itu, tanpa gembar-gembor, sejak awal tahun lalu, "pintu" 12 perusahaannya satu demi satu ditutup. Artinya, di bawah bendera Asia Permai kini tinggal 20 perusahaan saja. "Tak perlu serakahlah. Banyak perusahaan, kalau tidak terpegang kan percuma juga," begitu Haji Amid berkilah. Namun, perampingan yang dilakukan Amid tak dengan cara likuidasi semata. Cara itu hanya dilakukan pada enam badan usahanya yang bergerak di bidang industri rotan di Pasuruan, Jawa Timur, perdagangan umum, ekspor-impor, perusahaan sekuritas, dan perusahaan yang dibuat khusus untuk menangani impor mobil. Sedangkan enam perusahaan lainnya, ada yang dinonaktifkan untuk sementara waktu, seperti pabrik rotan di Tangerang dan pabrik pengalengan makanan di Sukabumi. Ada pula yang masih dalam tahap persiapan tapi dihentikan hingga jangka waktu yang tak jelas. Salah satunya, PT Citra Nusa Tirtamas, industri udang di Nusakambangan. Total, 12 perusahaan itu mempekerjakan 1.500 karyawan serta telah menyerap investasi Rp 20 milyar. Nah, karena menyangkut tenaga kerja yang sedemikan banyak itulah Amid melakukan penutupan 12 perusahaan itu secara bertahap. Soalnya, kalau serentak ditutup, "Akan menimbulkan gejolak," katanya. Memang bukan hanya lantaran "tak mau disebut serakah" tindakan diambil terhadap 12 perusahaan itu. Lebih penting lagi, kata Amid, perusahaan tersebut tak lagi menguntungkan. "Sudah prospeknya jelek, kena tight money policy lagi," ujarnya. Salah satu contohnya adalah industri rotan. Usaha ini dilepas karena terlalu banyak pesaing. Ditambah lagi, menurut pengusaha itu, produk jadi rotan Indonesia ketinggalan zaman dalam hal desain. Prospek yang suram juga tampak pada PT Benura Utama Securities. Karena bursa perusahaan itu sudah jatuh, kata Amid, "Buat apa dipertahankan lagi." Kini Amid mengakui bisa lebih banyak bersantai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini