Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Segala kemudahan fasilitas media informasi dan hiburan di atas kini bukan impian. Merger antara America Online (AOL) dan Time Warner (TW), pertengahan Januari silam, memungkinkan terselenggaranya layanan multimedia kelas atas tersebut. Maklum, AOL adalah raksasa layanan jasa internet yang memiliki fasilitas chatting, e-mail, belanja lewat internet, dan pengiriman instant messaging. Sedangkan TW dikenal luas dengan jaringan media informasinya seperti CNN.com dan Time serta retail film terkemuka seperti Warner Bros.
Gabungan fasilitas AOL dan TW tersebutlah yang memunculkan mereka sebagai pendekar digdaya dalam dunia internet dewasa ini. Ditilik dari layanan multimedia yang mereka sediakan, duet ini tampaknya lebih berkonsentrasi pada pengembangan peluang konvergensi antara media "tradisional" dan internet yang dirangkum dalam sebuah portal.
Melalui sebuah portal, seorang netter tidak perlu repot-repot menjelajahi situs lain untuk memperoleh informasi termutakhir, menonton film, berbelanja, sekaligus berkomunikasi secara interaktif. Konvergensi berbagai media dalam portal dewasa ini tengah menjadi trend para penyedia layanan jasa internet.
Penyediaan layanan jasa portal versi baru inilah yang menjadi visi duet AOL dan TW. "Misi AOL adalah menjadikan internet pusat kehidupan seseorang," kata Steve Case dari AOL, yang ditunjuk sebagai bos perusahaan baru beraset US$ 350 miliar tersebut. Dari hitung-hitungan bisnis, potensi layanan ini cukup menggiurkan di masa depan. Chris Dixon, analis teknologi dan investasi bank dari Paine Webber, memperkirakan duet ini mampu meraup "pelanggan" dengan nilai di atas US$ 500 miliar.
Perkiraan Dixon mungkin saja benar. Secara teknis, perkawinan antara AOL dan TW akan menghilangkan bottleneck (kesukaran mengakses karena banyaknya pengguna). "Gabungan kedua raksasa itu menyediakan bandwidth (lebar gelombang) tanpa batas atau broadband (saluran gelombang)," ujar pengamat multimedia, Roy Suryo. Kemudahan inilah yang bakal memanjakan 22,2 juta pengakses AOL serta 13 juta pemirsa dan 120 juta pembaca jaringan media informasi TW di dunia. Fakta ini jelas sebuah iming-iming menarik bagi pemasang iklan.
Melihat potensi bisnis ini, tak aneh jika demam pengembangan portal juga tengah terjadi di Indonesiameski belum sampai pada taraf konvergensi seperti yang dilakukan oleh AOL dan TW. Agrakom, pemilik Detik.com (penyedia informasi via internet di Indonesia), misalnya, telah menggandeng techpacific.com untuk membenamkan modalnya sebesar Rp 40 miliar bagi pengembangan sebuah bisnis portal regional. Dengan investasi baru itu, ujar Pemimpin Redaksi Detik.com, Budiono Darsono, situs yang dikunjungi 56 ribu orang per hari itu kini menyediakan fasilitas baru seperti e-mail gratis, chatting, serta link dan direktori bagi media lain.
Media tradisional lain seperti Kompas, yang sejak Agustus 1995 merambah jenis layanan media on-line, juga telah membuat situs warta digital, Cyber Media-Kompas. Namun, sejauh ini, menurut direktur eksekutifnya, Andre Andoko, mereka belum punya rencana pengembangan portal, kendati peluang ini tetap mereka jajaki kelak. Pemain lain yang telah mencoba mengembangkan sejenis layanan portal ini adalah Satunet.com dan Astaga.com, yang akan mengunjungi para netter Februari mendatang.
Alhasil, berbagai langkah penyedia jasa informasi di atas menandai maraknya pertarungan bisnis multimedia via internet di Indonesia, sehingga rintisan ke arah konvergensi pun semakin terbuka lebar. Di mata Roy, konvergensi antarmedia ini akan berbuntut pada pembentukan jaringan layanan baru yang semakin memudahkan para pelanggan atau pengguna internet.
World Telecommunications Development Report memperkirakan Indonesia memiliki sekitar 260 ribu pengguna internet. Jumlah ini bakal membengkak seiring dengan membaiknya perekonomian dan pengembangan saluran komunikasi di Tanah Air. Tak aneh bila jumlah penyedia jasa internet atau internet service provider (ISP) pun turut bertambah dari 35 menjadi 50 buah hingga akhir tahun ini. Anda tertarik?
Widjajanto, Johan Budi S.P., Dwi Arjanto, R. Fadjri,
Hendriko L. Wiremmer
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo