MELANCARKAN ekspansi ke negeri orang ternyata tidak selamanya perlu modal besar. Lihatlah PT Bakrie & Brothers. Pekan lalu perusahaan ini menandatangani memory of under standing (MOU) bersama Ever Bride dari RRC. Inti dari persetujuan tersebut adalah: Bakrie bersama Ever Bride akan mendirikan pabrik pipa di RRC dengan pembagian saham: Bakrie 40%, mitranya 60%. Kalau Bakrie tak perlu modal besar, lalu apa? Hak sahamnya yang 40% dibayar Bakrie dengan mesin-mesin pencetak pipa bekas. Jadi, kerja sama bisnis ini lebih merupakan kebetulan. Di saat Bakrie melakukan modernisasi di pabrik pipanya, Ever Bride ternyata sedang berminat membangun pabrik pipa -- yang bekas juga tak apa. "Daripada peralatan kami menganggur, kan lebih baik ditaruh di Cina yang menguntungkan," kata Tanri Abeng, Presdir Bakrie & Brothers. Menguntungkan, karena mesin-mesin bekas itu sudah dipakai Bakrie selama 15 tahun lebih. Kendati masih memiliki kemampuan berproduksi hingga 100 ribu ton per tahun, seperti dikatakan Tanri, nilai buku mesin-mesin itu sudah nol. Selain mesin, Bakrie juga memberikan konsultasi manajemen, plus mengirimkan beberapa tenaga ahli sebagai pengawas. "Kalau biasanya kita mengimpor tenaga dari Cina, sekarang sebaliknya," Tanri menambahkan. Dan ini pun baru langkah pertama. Pada tahap lanjut Bakrie akan menjajaki peluang ekspor beberapa komoditi hasil pertanian, seperti minyak kelapa sawit dan karet. Rencana ini sangat mungkin terwujud, mengingat RRC memiliki pertumbuhan ekonomi 12% -- tingkat laju pertumbuhan tertinggi di Asia dewasa ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini