Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Minyak Goreng Kemasan dan Curah Langka di Pasar Tradisional Bogor

Hingga hari ini, kelangkaan minyak goreng masih terjadi di sejumlah daerah, diantaranya di pasar tradisional Bogor.

19 Februari 2022 | 19.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga antre membeli minyak goreng saat operasi pasar murah di Teras Surken, Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor, Rabu, 19 Januari 2022. Kebijakan satu harga minyak goreng sebagai upaya menjamin ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau bagi kebutuhan rumah tangga serta usaha mikro dan kecil. ANTARA/Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Hingga hari ini kelangkaan minyak goreng masih terjadi di sejumlah daerah, diantaranya di pasar tradisional Bogor. Hasil liputan Tempo mendapatkan bahwa sejumlah pedagang sembako kehabisan stok minyak goreng kemasan dan curah lantaran tidak adanya pasokan dari distributor maupun agen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Risfan, pedagang sembako toko Husni mengatakan tidak lagi menjual minyak goreng curah sepekan terakhir. “Udah seminggu enggak jualan minyak goreng curah karena barangnya ngga ada,” katanya kepada Tempo, Sabtu, 19 Februari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengaku bahwa harga minyak goreng curah sempat mengalami kenaikan hampir satu juta per drum, sehingga ia harus menjual minyak goreng curah Rp 21 ribu dari yang semula hanya menjual Rp 18 – 19 ribu per kilogram. “Sempat dapat satu drum dan itu naik harganya jauh, hampir satu jutaan.”

Sementara itu untuk minyak goreng kemasan, tokonya tidak lagi menjual minyak goreng sejak pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng Rp 14 ribu per kilogram.

“Apalagi itu, lebih susah dan enggak ada barangnya setiap belanja. Kalau dari distributor itu datangnya sebulan sekali, 50 dus tapi itu sebelum ada kebijakan pemerintah,” kata Risfan.

Ia mengatakan sejak dikeluarkannya kebijakan pemerintah sampai sekarang, tokonya belum mendapatkan stok minyak goreng dari distributor.

Senada dengan Risfan, Yanto yang tokonya berada tidak jauh, yaitu lima toko setelah toko Risfan mengaku terpaksa tidak menjual minyak goreng kemasan dan curah karena tidak adanya stok di agen. “Udah tiga hari ini enggak jualan. Barangnya enggak ada,” katanya.

Nasib serupa juga dialami Ibu Mimi. Sudah sebulan Ibu Mimi tidak lagi menjual minyak goreng curah maupun minyak goreng kemasan. “Mau jual gimana? Barangnya itu yang enggak ada,” katanya.

Sedikit lebih beruntung, Ndai yang berjualan sembako di kawasan Plaza Bogor mengatakan hanya menjual minyak goreng curah lantaran belum adanya pasokan minyak goreng kemasan dari distributor. Ia mendapatkan minyak goreng Rp 14 ribu terakhir kali pada Senin lalu dengan merek Sania.

“Cuma lima dus. Sampai sekarang pun salesnya belum datang lagi,” katanya.

Oleh karena itu, ia hanya menjual minyak goreng curah dengan harga Rp 20 per kilogram. “Kita jual segitu karena harga dari sananya udah tinggi,” kata Ndai.

Ia mengatakan alasan menjual minyak goreng curah dengan harga Rp 20 ribu disebabkan adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan. “Kita harus bayar plastik untuk bungkus dan upah orang yang membungkus,” katanya.

Ndai yang turut menjual tahu dan tempe mengatakan bahwa dirinya akan berhenti menjual tahu dan tempe selama tiga hari ke depan lantaran harga kedelai yang mahal. “Pengiriman terakhir nanti malam,” katanya.

Tidak hanya pedagang, konsumen rumah tangga pun turut mengalami susahnya mendapatkan minyak goreng kemasan. Sarinah, 63 tahun, seorang ibu rumah tangga mengatakan tidak mendapatkan minyak goreng kemasan Rp 14 ribu sejak sebulan yang lalu. “Setiap datang ke Indomaret, kehabisan terus,” katanya.

Alhasil, Sarinah terpaksa membeli minyak goreng kemasan dua liter seharga Rp 32 ribu. Hal serupa juga dialami Endah, 35 tahun. “Daripada enggak ada, ya terpaksa beli yang Rp 32 ribu,” kata ibu rumah tangga ini.

Mutia Yuantisya

Mutia Yuantisya

Alumnus Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang ini memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2022. Ia mengawalinya dengan menulis isu ekonomi bisnis, politik nasional, perkotaan, dan saat ini menulis isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus