DIAM-DIAM PT Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, dalam waktu dekat, akan merayakan ulang tahun ke-80. Tingkat usia yang sangat matang, lebih tua bahkan dari Republik Indonesia. Dan kematangan itu terlihat dari pohon bisnisnya yang semakin rimbun saja. Menyambut hari ulang tahunnya yang jatuh pada tanggal 12 Februari depan, Bumiputera menyelenggarakan berbagai kegiatan, di antaranya seminar yang berlangsung Selasa ini di Hotel Borobudur. Terlepas dari soal ulang tahun ini, sepak terjang perusahaan asuransi pribumi pertama ini cukup menarik untuk dikaji. Bagaimana tidak? Didirikan pada 1912, Bumiputera kini tampil menjadi perusahaan asuransi terkemuka nomor satu, menggeser kedududukan Jiwasraya dalam jumlah pemegang polis dan pertanggungan. Pemegang polisnya 1,5 juta lebih, dengan uang pertanggungan Rp 4,2 trilyun. Para pendiri Bumiputera, R. Dwidjosewojo (sektretaris pengurus Boedi Oetomo), M.K.H. Soebroto, dan M. Adimidjojo (keduanya guru di Magelang), mungkin tak pernah membayangkan bahwa usaha yang mereka rintis itu bakal tumbuh subur dan tahan guncangan. Ketika usaha itu dimulai di Magelang pada 1912, keuangannya hanya berasal dari premi ketiga pendiri tadi, plus dua mantri guru. Merekalah yang meletakkan dasar "kebersamaan" (pemegang polis juga merupakan pemegang saham dan berhak mendapatkan dividen) untuk membangun asuransi tersebut. Dengan ketentuan yang sangat khas ini, Bumiputera berkembang pesat dan luas. Bentuk usaha bersama (mutual), yang tak lama lagi bukan monopoli Bumipuera ini, menurut Direktur Keuangan dan Investasi Bumiputera, Suratno Hadisuwito, merupakan bentuk terbaik di bidang asuransi jiwa. Maksudnya, karena pemegang polis adalah pemilik, jika perusahaan ingin mengadakan ekspansi, Bumiputera tidak perlu mencari modal baru. Karena, dengan bertambahnya anggota, berarti modalnya juga otomatis meningkat. Bukan hanya itu. Rupanya, bentuk "kebersamaan" itulah yang menyebabkan Bumiputera mempunyai daya tarik lebih. Coba lihat saja investasi yang dilakukan Bumiputera. Hingga kini tak kurang dari sembilan perusahaan dimiliki 100% oleh Bumiputera. Bisnisnya pun beraneka ragam. Mulai dari bisnis percetakan hingga keuangan. Sementara itu, ia juga berpatungan dengan perusahaan Jepang dalam usaha komputer dan peralatan kantor (PT Informatic OASE). Dengan John Hancock Amerika -- perusahaan asuransi terbesar di Amerika -- Bumiputera mendirikan PT Bumiputera John Hancock (asuransi pensiun). Total invesatsinya hingga kini mencapai Rp 313 milyar, yang sebagian besar ditanamkan dalam tanah dan gedung. Di Jakarta, misalnya, Bumiputera memiliki gedung perkantoran 21 lantai. Di surabaya, melalui PT Bumi Modern, ia mendirikan Hotel Hyatt Bumi Surabaya, yang bertaraf internasional, dengan 270 kamar. Hanya saja, investasi semacam ini risikonya besar. Apalagi dalam keadaan ekonomi seperti sekarang, bisnis di tanah dan properti menjadi kurang menguntungkan. Namun, rupanya ini sudah menjadi kebijaksanaan Bumiputera. Sampai saat ini hanya 17% dananya yang disimpan di bank dalam bentuk deposito. "Deposito kan hanya untuk menjaga likuiditas, bukan untuk investasi," kata Suratno Hadisuwito. Dengan adanya UU Usaha Perasuransian yang baru, agaknya pertumbuhan Bumiputera akan sedikit terhambat. Soalnya, dengan diakuinya usaha bersama sebagai badan hukum, diperkirakan akan banyak perusahaan asuransi yang mengikuti jejak Bumiputera. Menghadapi tantangan ini, komentar Suratno pendek saja. "Kami sama sekali tidak takut," katanya. Bambang Aji dan Iwan Qodar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini