Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Mohammad Ikhsan: Memang Ada Bisik-bisik

28 Agustus 2006 | 00.00 WIB

Mohammad Ikhsan: Memang Ada Bisik-bisik
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merasa dituding sebagai salah satu ”ekonom partikelir” yang disebut-sebut mencoba mempengaruhi BPS, Mohammad Ikhsan, staf khusus Menteri Koordinator Perekonomian, membantah adanya upaya intervensi itu.

Benar ada pertemuan BPS dengan para menteri ekonomi?

Memang benar. Cerita lengkapnya begini. Sewaktu -Bu -Sri Mulyani di Bappenas, ada keinginan mengkaji ulang dan memperbaiki metodologi penghitungan data BPS. -Sebab, selama ini data BPS sering dipertanyakan. Dalam rangka perbaikan kualitas data itulah, kemudian di-rencanakan perbaikan secara bertahap, se-perti data inflasi, pengangguran, data beras yang selalu kontroversial.

Lalu?

Kepala BPS yang baru, Pak Rusman Heryawan, melapor-kan kemajuan penghitung-an statistik ketenaga-kerjaan. Ini sekitar awal Agustus. Tapi dia juga menyampaikan keraguannya tentang data statistik kemiskinan, sebab memang ada faktor bantuan langsung tunai setelah kenaikan harga BBM. Karena itulah Bu Sri Mulya-ni menawarkan rapat di kantor Menko Perekonomian.

Ini yang kemudian dipersoalkan?

Ya. Waktu itu ada juga Kepala Bappenas, dan semula- akan mengundang pula Menko Kesra Aburizal Bakrie. Juga diundang Sudarno Sumarto dan Vivi Alatas. -Kedua-nya -boleh dibilang dukun kemiskinan. Kalau dokter, me-reka -itu dokter spesialis. Sudarno dari lembaga penelitian SMERU yang diakui internasional, Vivi lulusan Princeton Univer-sity dan sekarang di World Bank.

Benarkah sebetulnya BPS sudah punya angka kemiskin-an?

Memang saat itu sudah ada bisik-bisik, berapa angka- -kemiskinan. Tapi, karena ada keraguan, ditawarkan bagaimana kalau dilakukan verifikasi lagi. Akhirnya di-sepakati untuk melihat lagi metodologinya selama satu -bulan. Disepakati juga Sudarno dan Vivi menjadi pihak -independen membantu BPS.

Sampai pidato Presiden, belum selesai?

Sampai tenggat penyusunan pidato Presiden, ini belum selesai. Pertanyaannya, apakah pidato Presiden bisa berdasarkan data-data yang belum final. Tidak bisa, karena ini melanggar Undang-Undang Statistik.

Soal angka kemiskinan yang kabarnya sebenarnya 18 persen?

Data ini belum final, masih berubah-ubah. Karena itulah disepakati untuk melakukan pengkajian ulang.

SBY dikritik karena mengklaim keberhasilan Megawati?

Coba baca pidato Presiden. Dalam kalimat itu tidak di-sebutkan kata ”kami”, tapi ”kita”. Ini berarti pencapaian itu adalah pencapaian pemerintah secara keseluruhan.

Metta Dharmasaputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus