Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

19 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asuransi
Bakrie Life Tunda Pembayaran

PT Bakrie Life atau dikenal sebagai PT Asuransi Bakrie masih belum bisa membayar ganti rugi kepada nasabahnya. Direktur Utama Asuransi Bakrie Timoer Susanto menga takan kucuran dana dari PT Bakrie Capital Indonesia, pemilik perusahaan itu, masih terganjal. ”Kami masih menunggu dana dari pemegang saham,” katanya di Jakarta pekan lalu.

Manajemen Bakrie Life berjanji akan membayar cicilan pokok 6,25 persen dari nilai investasi. Skema pengembalian dana pokoknya adalah 25 persen pada 2010 dan 2011 serta 50 persen pada tahun berikutnya. Dana akan dibayarkan pada akhir triwulan, yang seharusnya dimulai pada awal Maret lalu. Tapi dana Rp 22,5 miliar dari Bakrie Capital belum juga turun. ”Ada masalah teknis, keterlambatan drawdown dari kreditor ke Bakrie Capital,” ujar Timoer.

Kasus ini berawal saat Bakrie Life mengalami gagal bayar kepada para pemegang polis Diamond Investa sebesar Rp 360 miliar. Pemicu kegagalan bayar itu antara lain 80 persen dana nasabah diinvestasikan ke saham PT Bumi Resources. Nilai saham perusahaan tambang itu anjlok akibat krisis global pada akhir 2008.

Akuisisi
Chairul Tanjung Beli Carrefour

CHAIRUL Tanjung membuat kejutan. Pemilik kelompok usaha Para ini meng ambil alih 40 persen saham PT Carrefour Indonesia senilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Chairul membeli saham Carrefour dengan pinjaman dari sindikasi bank. ”Dana akuisisi kami dapat dari konsorsium Credit Suisse, Citibank, JP Morgan, dan ING Commercial Bank,” katanya di Jakarta pekan lalu.

Chairul membeli saham Carrefour Indonesia melalui PT Trans Ritel, anak perusahaan Trans Corp., yang dinaungi Para Group. Setelah akuisisi, komposisi pemegang saham Carrefour Indonesia menjadi Trans Ritel sebanyak 40 persen, Carrefour SA 39 persen, Carrefour Netherland BV 9,5 per-sen, dan Onesia BV 11,5 persen.

Salah satu orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes ini juga dipilih menjadi Komisaris Utama Carrefour dalam Rapat Umum Pemegang Saham Carrefour Indonesia.

Aksi Korporasi
Danareksa Beli Semen Gresik

KEMENTERIAN Badan Usaha Milik Negara akhir nya menunjuk PT Danareksa Sekuritas sebagai wakil pemerintah untuk membeli 1,25 persen saham PT Semen Gresik milik kelompok usaha Rajawali Corpora. Menurut Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar, Danareksa sudah menyiap kan dananya. ”Tinggal me nunggu keputusan Menteri Keuangan,” katanya di Jakarta pekan lalu.

Sebenarnya, Perusahaan Pengelola Aset juga berminat membeli saham Semen Gresik. Tapi Mustafa mengatakan perusahaan itu harus bernegosiasi dengan Danareksa. ”Danareksa lebih dulu menyatakan minat secara tertulis kepada kami,” ujar nya. Sebelumnya, Rajawali telah melepas 24,9 per-sen sahamnya di Semen Gre sik melalui pasar negosiasi di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan milik taipan Peter Sondakh ini menjualnya dengan harga Rp 7.000 per lembar. Diperkirakan Rajawali akan mendapat Rp 516,93 miliar dari penjual an kepada Danareksa. Perusahaan sekuritas ini juga bakal untung besar karena membeli pada harga Rp 7.000, sedangkan harga pasar nya sudah Rp 8.300.

Ekonomi Internasional
Cina Melaju Pesat

EKONOMI Cina pada triwulan pertama tahun ini tumbuh 11,9 persen diban ding periode yang sama tahun lalu. Tapi ekonomi Cina disinyalir mulai kepanasan. Indikasinya, laju inflasi Maret lalu sudah 2,4 persen, le bih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelum nya. ”Ada tanda-tanda sudah mulai panas,” kata Stephen Green, Kepala Riset Standard Chartered di Shanghai. Tahun lalu, laju ekonomi Cina sempat merosot ke level 6,2 persen karena terimbas krisis global. Saat itu, pertumbuhan produk domestik bruto Cina menjadi yang terendah dalam satu dekade.

Beberapa jam setelah pe ng umuman pertumbuh an ekonomi itu, pemerintah Cina menyatakan akan memperlambat laju pertumbuhan pasar properti. Pasar properti di Negeri Panda dinilai sudah menggelembung (bubble) setelah pada Maret lalu mengalami kenaikan harga yang tajam. Melonjaknya pertumbuhan ekonomi Cina pada kuartal pertama tahun ini juga membuat Beijing lebih berfokus pada kenaikan harga.

Kelapa Sawit
Pengusaha Gandeng Asing

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia rupanya tak tahan juga digebuk dari sana-sini. Pukulan itu antara lain datang kepada Sinarmas Group, yang kehilangan kontrak dari Nestle dan Unilever setelah Greenpeace merilis temuannya soal perusakan hutan. Untuk menangkal dampak negatif tersebut, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit meng gandeng lembaga swa daya masyarakat asal Amerika, World Growth.

World Growth adalah lembaga yang mengurusi kemiskinan. ”Ini langkah untuk bertahan dari tudingan-tudingan negatif,” kata Purboyo Guritno, Ketua Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit, di Jakarta pekan lalu. Alan Oxley, Ketua Umum World Growth, menambahkan, sektor kelapa sawit efektif untuk mengurangi kemiskin an di negara berkembang. ”Kami akan memaparkan data bahwa industri kelapa sawit tak mengancam lingkungan hidup,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus