Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

29 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penerbangan
Tarif Batas Atas Pesawat Naik

PEMERINTAH akan menaikkan tarif batas atas penerbangan sebesar 10 persen. Menurut rencana, payung hukum atas kenaikan tarif tersebut akan diteken oleh Menteri Perhubungan Evert Ernest Mangindaan pada pekan ini.

Menurut Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmojo, biaya tambahan (surcharge) yang berlaku sekarang sebenarnya masih menutupi ongkos operasional maskapai penerbangan. Tarif surcharge pada Januari lalu ditetapkan berdasarkan asumsi kurs Rp 12 ribu per dolar AS dan harga avtur Rp 12 ribu per liter.

Namun desakan maskapai membuat pemerintah membuat hitungan alternatif dengan asumsi nilai tukar Rp 13 ribu, dengan harga avtur yang sama. "Setelah dihitung, kenaikannya 10 persen," kata Djoko di Jakarta, Senin pekan lalu. Asosiasi Maskapai Nasional (INACA) mengusulkan tarif batas atas naik 25 persen.

Minyak dan Gas
Pertamina Akan Bangun SPBG Terintegrasi

PT Pertamina (Persero) berencana membangun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) terintegrasi dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pada 2015. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Rabu pekan lalu, mengatakan SPBG akan dibangun di lokasi SPBU yang sudah ada.

Dengan model ini, hanya dibutuhkan investasi peralatan sekitar Rp 10 miliar per unit SPBG. Saat ini terdapat sekitar 5.000 SPBU Pertamina di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, 3.000 SPBU berada di Jawa. Hanung menargetkan 5 persen dari SPBU yang telah ada di Jawa dilengkapi SPBG. Pembangunan SPBG diperkirakan membutuhkan investasi Rp 1,5 triliun, yang akan didanai dari kas internal dan penyisihan laba. "Pemanfaatan BBG ini akan menekan impor sekaligus subsidi BBM," kata Hanung.

Anggaran
Subsidi Energi 2015 Disepakati

Pemerintah dan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat menyepakati belanja subsidi energi pada tahun depan sebesar Rp 344,7 triliun dalam rapat kerja di Jakarta, Senin pekan lalu. Angka tersebut lebih rendah dari usul pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 sebesar Rp 363,5 triliun.

Subsidi bahan bakar minyak dan elpiji 2015 ditetapkan Rp 276 triliun, terdiri atas subsidi BBM Rp 194,64 triliun dan subsidi untuk elpiji 3 kilogram senilai Rp 55,11 triliun. Anggaran subsidi itu termasuk pajak pertambahan nilai atas produk tersebut sebesar Rp 24,97 triliun dan pembayaran kekurangan subsidi tahun lalu sejumlah Rp 1,26 triliun.

Subsidi listrik dialokasikan Rp 68,7 triliun, turun dari usul RAPBN 2015 sebesar Rp 72,4 triliun. Angka tersebut lebih rendah dibanding subsidi tahun berjalan APBN Perubahan 2014 senilai Rp 94,26 triliun. Penurunan disebabkan oleh bertambahnya jumlah golongan pelanggan yang tak lagi disubsidi. Mulai 1 November mendatang, pelanggan rumah tangga menengah dan industri besar membayar tarif keekonomian.

Korporasi
Bakrie Telekom Digugat

Tiga pembeli obligasi PT Bakrie Telekom Tbk (BTEL) mengajukan gugatan ke Pengadilan New York, Amerika Serikat, Senin pekan lalu, atas dugaan pelanggaran persyaratan. Ketiga investor itu—Universal Investment Advisory SA, Vaquero Master EM Credit Fund Ltd, dan Trucharman Ltd—menggugat BTEL senilai US$ 380 juta (sekitar Rp 4,6 triliun).

Mereka mengatakan empat perusahaan Grup Bakrie telah dua kali gagal membayar bunga obligasi. Bahkan, seperti dikutip kantor berita Reuters, BTEL terindikasi bakal terus mengalami gagal bayar. Analis sekuritas dari Asia Financial Networks, Agus Susanto, mengatakan gagal bayar tersebut merupakan dampak mandeknya bisnis jaringan telekomunikasi code division multiple access (CDMA).

Perusahaan Grup Bakrie lainnya, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), juga terancam gagal membayar bunga obligasi senilai US$ 100 juta (sekitar Rp 1,19 triliun). Akibatnya, Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham UNSP sejak 19 September lalu.

Korporasi
Rusia Incar Bauksit Indonesia

Perusahaan aluminium terbesar dunia, Rusal, akan membuka tambang bauksit di Kalimantan Barat. Memanfaatkan aturan larangan ekspor barang tambang mentah, perusahaan En+ Grup ini akan mengolah bauksit menjadi alumina.

"Kami bermitra dengan PT Arbaya Energi," kata Maxim Sokov, Chief Executive Officer En+ Group, di Moskow, Rusia, 18 September lalu. Kelompok usaha ini siap menggelontorkan modal US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 17,9 triliun). Diharapkan pasokan listrik memadai. Menurut rencana, sebagian alumina yang dihasilkan akan diekspor dan sebagian lagi diproses menjadi aluminium untuk pasar domestik. Juru bicara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Saleh Abdurrahman, mengapresiasi minat investor Rusia tersebut.

Pertambangan
Newmont Diizinkan Ekspor Lagi

Pemerintah kembali mengizinkan PT Newmont Nusa Tenggara mengekspor konsentrat tembaga, pekan lalu. Izin ekspor diberikan setelah perusahaan menyerahkan uang jaminan pembangunan fasilitas pemurnian mineral sebesar US$ 25 juta (sekitar Rp 300 miliar) serta terbitnya surat persetujuan ekspor (SPE).

Menurut Presiden Direktur Newmont Nusa Tenggara Martiono Hadianto, berdasarkan SPE, perusahaan asal Amerika Serikat itu diizinkan mengekspor 350 ribu ton konsentrat tembaga hingga Maret 2015. Izin tersebut memiliki masa berlaku enam bulan. "Izin ini sampai Maret 2015 karena tahun ini hanya tersisa sekitar tiga bulan," ujarnya di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sukhyar menjelaskan, rekomendasi SPE untuk Newmont terbit dua pekan lalu. Setelah ada rekomendasi Kementerian Energi, Kementerian Perdagangan langsung memberikan izin ekspor sebanyak 304.515 ton konsentrat tembaga untuk periode enam bulan, terhitung mulai September 2014 hingga Februari 2015.

Korporasi
Penjualan iPhone 6 Tembus 10 Juta Unit

Apple Inc sukses menjual lebih dari 10 juta unit iPhone 6 dalam waktu sepekan. Chief Executive Officer Apple Inc Tim Cook mengatakan sebenarnya perusahaan bisa menjual lebih banyak lagi. "Seandainya stok ada, kami pasti bisa menjual lebih banyak lagi iPhone 6 dan iPhone­ 6 Plus," katanya, seperti dikutip kantor berita Reuters, Rabu pekan lalu.

Kesuksesan itu sudah diprediksi sejak Apple membuka pemesanan awal pada 12 September lalu. Saat itu tercatat 4 juta orang di 10 negara memesan awal.

Penjualan dalam penawaran perdana iPhone 6 dan iPhone 6 Plus ini melampaui rekor penjualan perdana iPhone 5 pada dua tahun lalu. Saat itu tercatat "hanya" 2 juta orang yang memesan awal iPhone­ 5. Sedangkan tahun lalu iPhone 5S dan 5C "cuma" laku 9 juta unit selama pekan pertama penjualannya di 11 negara. Adapun pada pekan penjualan pertama iPhone 4 dan iPhone 4S, masing-masing laku 1,7 juta dan 4 juta unit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus