Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LISTRIK
Tarif Listrik Surya Akhir November
Pemerintah berencana mematok harga jual listrik dari pembangkit listrik tenaga surya US$ 26 sen per kilowatt-jam (kWh). Tarif diperkirakan ditetapkan pada akhir bulan ini dalam peraturan menteri.
"Ini hasil pembahasan terakhir kami bersama Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral," kata pelaksana harian Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Djadjang Sukarna, di Jakarta, Selasa pekan lalu.
Beleid itu, menurut Djadjang, mengatur pula insentif harga beli US$ 3 sen bagi listrik tenaga surya produksi perusahaan dalam negeri, sehingga harga beli listriknya menjadi US$ 29 sen per kWh. Djadjang menilai besaran tarif itu angka terbaik karena investor asing bisa mengambil keuntungan, sedangkan PT PLN mampu membelinya.
BUMN
BUMN Tanam Sorgum 15 Ribu Hektare
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan akan mengerahkan sejumlah BUMN untuk menanam sorgum secara besar-besaran. Bibitnya dikembangkan dengan teknologi nuklir oleh Batan. "Tahun depan kami menanam di lahan 15 ribu hektare," katanya dalam Dialog Nasional Pramuka Pribadi Bangsaku di Bandung, Rabu pekan lalu.
Masyarakat Indonesia, menurut Dahlan, penyuka mi tapi bahan bakunya, yakni gandum, tak bisa ditanam di sini. Gandum hidup di negeri empat musim. Supaya tak tergantung impor, Indonesia harus menanam sorgum sebagai pengganti gandum. "Agar bisa membuat mi dan roti," ujarnya.
Dahlan menjelaskan, sejumlah BUMN yang akan dilibatkan antara lain PTPN XII, PTPN XIV, dan PT Berdikari. Lokasinya dipilih lahan yang tak terlalu subur di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumbawa.
OTOMOTIF
Hyundai Batal Bikin Pabrik di Indonesia
Hyundai Motor Co membatalkan rencana membangun pabrik di Indonesia. Keputusan ini akibat perubahan strategi bisnis Chung Mong-koo, generasi kedua pendiri Hyundai, yang kini memimpin perusahaan. "Rencana membangun pabrik di Indonesia ditolak pimpinan," kata seorang eksekutif senior Hyundai kepada Reuters, Senin malam pekan lalu.
Hyundai, menurut sumber itu, ingin meniru keberhasilan rekan senegaranya, Samsung Electronics, yang berevolusi dari produsen barang murah menjadi merek global yang kuat. Hyundai lantas berubah memperkuat kualitas dari semula meluaskan kuantitas produksi. "Kami ingin melampaui branding Toyota dan Volkswagen," kata Chief Marketing Officer Hyundai, Cho Won-hong.
Toh, Hyundai Indonesia berkeras pabrik tetap akan dibangun. "Cuma kapan pembangunannya belum ditetapkan," kata Presiden Direktur Hyundai Mobil Indonesia Jongkie Sugiarto kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
BUMN
Antam Berpotensi Kelola Inalum
Pemerintah, menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, akan menyerahkan pengelolaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) kepada badan usaha milik negara. Namun sampai saat ini pemerintah belum menunjuk BUMN yang akan mengelola Inalum. "Yang penting kembali dulu ke stakeholder Indonesia," ujarnya.
Pemerintah akan mengambil alih aset Inalum senilai Rp 7 triliun. Dananya sudah dianggarkan Rp 2 triliun pada tahun ini dan Rp 5 triliun tahun depan. Semula Inalum akan diakuisisi oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Namun rencana itu tak disetujui DPR.
Pengamat ekonomi dari Indef, Ahmad Erani Yustika, menilai PT Aneka Tambang (Antam) berpotensi mengelola Inalum berdasar pengalaman dan ketersediaan teknologi serta sumber daya manusia. Ahmad mengimbau pemerintah juga membuat rencana untuk mengakuisisi sektor energi, seperti minyak dan gas bumi, yang selama ini dikelola perusahaan luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo