Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Telekomunikasi
Telkomsel Perkuat Pita Lebar
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), anak usaha PT Telkom, menginvestasikan dana US$ 1,1 miliar (sekitar Rp 9,57 triliun) untuk belanja modal pada tahun ini. Sekitar 60 persen anggaran itu akan digunakan untuk pengembangan jaringan pita lebar (broadband) Internet. ”Dana itu juga untuk kebutuhan pengembangan teknologi informasi, database, penagihan, dan sistem costumer relationship management,” kata Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Dengan ekspansi itu, kata Sarwoto, Telkomsel berharap jumlah pelanggan bisa naik 50 persen dari 100 juta nomor menjadi 150 juta nomor pada tahun ini.
Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah menambahkan, perseroan dan Telkomsel sedang merancang produk modem berbasis seluler dan nirkabel code division multiple access (CDMA). Modem itu nantinya akan diterapkan pada produk TelkomFlash milik Telkomsel dan Speedy milik Telkom. ”Di rumah bisa menggunakan Speedy, tapi saat di luar rumah bisa menggunakan TelkomFlash. Tagihannya jadi satu,” ujarnya.
Ekonomi Internasional
Status Utang Jepang Merosot
SETELAH Amerika Serikat, kini giliran utang pemerintah Jepang turun statusnya. Standard & Poor’s (S&P) memang masih mempertahankan peringkat utang pemerintah Jepang AA minus. Namun lembaga pemeringkat global itu menurunkan prospek utang Negeri Sakura dari stabil menjadi negatif. Maksudnya, utang pemerintah Dai Nippon itu menjadi rawan tak terbayar.
S&P pernah menurunkan peringkat utang Jepang sembilan tahun silam. Sekarang S&P menurunkan lagi statusnya setelah negeri itu dilanda gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu. Akibat bencana itu, pemerintah Jepang harus mengeluarkan ongkos rehabilitasi dan rekonstruksi kota senilai US$ 600 miliar (sekitar Rp 5.200 triliun). Padahal defisit fiskal Jepang sudah lumayan tinggi, 3,7 persen dari produk domestik bruto. ”Bencana ini diperkirakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan jangka menengah Jepang,” kata manajemen S&P di Tokyo, Rabu pekan lalu.
Menteri Keuangan Yoshihiko Noda tetap optimistis terhadap kemampuan keuangan pemerintahnya. ”Kami berhasil mengamankan anggaran tanpa harus menerbitkan obligasi baru,” katanya.
Tak hanya utang, penjualan retail juga jeblok. Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menyebutkan tingkat penjualan eceran bulan lalu merosot 8,5 persen, penurunan terbesar selama 13 tahun terakhir. ”Konsumen mengerem nafsu belanja,” kata Takeshi Minami, ekonom Norinchukin Research Institute.
Penerbangan
Merukh Kuasai Selaparang
PT ANGKASA Pura I menyewakan sebagian lahannya di Bandar Udara Selaparang, Nusa Tenggara Barat, kepada PT Merukh Enterprises. Perusahaan milik pengusaha Jusuf Merukh ini akan menggunakan bandar udara itu sebagai pangkalan pesawat para pegawai tambang.
Nota kesepahaman sewa-menyewa Bandar Udara Selaparang diteken oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura I Tommy Soetomo dan Presiden Direktur Merukh Enterprises Rudy Merukh, di Jakarta, Rabu pekan lalu. ”Jangka waktu sewanya 20 tahun,” kata Tommy.
Lantaran Selaparang menjadi bandara khusus Merukh Enterprises, kegiatan penerbangan komersial akan dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. ”Juli mendatang segera beroperasi,” ujar Tommy.
Senior Vice President Merukh International Airport F.X. Suwarno mengatakan Selaparang langkah awal Grup Merukh membidik bandar udara lain di kawasan timur Indonesia. ”Sekarang kami fokus di Selaparang dulu,” tuturnya.
Penanaman Modal
Sany Investasi di Cikarang
SANY Heavy Industry Ltd, perusahaan manufaktur asal Cina, akan menginvestasikan dana US$ 200 juta (sekitar Rp 1,73 triliun) untuk membangun pabrik alat berat pertambangan dan konstruksi di kawasan industri Cikarang, Jawa Barat.
Sebagai tahap awal, unit usaha milik Sany Group itu telah membeli lahan 10 hektare di kawasan tersebut. ”Pembangunan pabrik akan mulai direalisasi tiga bulan mendatang,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana di Jakarta, Senin pekan lalu.
Pabrik alat berat itu berkapasitas 1.000 unit per tahun dan menyerap lebih dari 1.500 pekerja. Sany Group akan menjadikan Indonesia basis produksi di Asia Tenggara. Perusahaan asal Provinsi Hunan itu telah menanamkan investasi di Amerika Serikat, Jerman, India, dan Brasil. Di Indonesia, Sany akan bersaing dengan produsen alat berat Caterpillar (Amerika Serikat) dan Komatsu (Jepang).
Bertambahnya pemain baru membuat pemerintah optimistis industri alat berat dan konstruksi berkembang pesat. ”Kami menargetkan industri ini tumbuh minimal sembilan persen,” kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi.
Perdagangan
Desakan Penggunaan Rupiah-Renminbi
PEMERINTAH mendesak Bank Indonesia segera merealisasi perjanjian bilateral pertukaran mata uang (bilateral currency swap agreement) dengan Cina. Realisasi perjanjian itu dinilai akan mempermudah transaksi perdagangan Indonesia dengan Negeri Tirai Bambu. ”Perjanjian itu sebaiknya direalisasi karena baik buat kita,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta, Senin pekan lalu.
Bila perjanjian konversi mata uang berlaku, menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, perdagangan Indonesia dan Cina tak perlu menggunakan dolar Amerika Serikat, tapi cukup menggunakan renminbi dan rupiah.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi A. Johansyah mengatakan pertukaran (swap) rupiah dan yuan Cina bisa dilakukan bila infrastruktur mata uang masing-masing sudah siap. Konversi mata uang juga harus mempertimbangkan kesiapan bank lokal. ”Eksportir dalam negeri juga harus mau menerima renminbi,” katanya.
Perdagangan
Daya Saing Indonesia Membaik
DAYA saing Indonesia terus menunjukkan tanda perbaikan pada tahun ini. Laporan Global Competitiveness Index Bank Dunia menyebutkan, sepanjang 2010-2011, skor indeks daya saing Indonesia mencapai 4,43 atau melonjak 10 tingkat dibanding periode 2009-2010.
Kini Indonesia ada di posisi 44 dari peringkat semula 54 tahun lalu. Posisi itu lebih baik ketimbang sejumlah negara Asia, seperti India (peringkat 51) dan Vietnam (59), atau Italia (48) di Eropa. ”Kita harus berusaha sekuat tenaga lagi menaikkan peringkat,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Selasa pekan lalu.
Daya saing sebuah negara dilihat berdasarkan kelembagaan, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, pendidikan, efisiensi pasar dan dunia usaha, penguasaan teknologi, serta inovasi.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara memperkuat daya saing, misalnya merencanakan pengembangan ekonomi kreatif hingga 2025. ”Tapi Indonesia masih perlu melakukan inovasi dan meningkatkan kreativitas,” kata Presiden.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko, mengatakan di tengah kompetisi global pemerintah harus memikirkan cara memperkuat daya saing produk lokal. Langkah itu dibarengi dengan proteksi terhadap produk tertentu yang terkena imbas negatif pasar bebas. ”Jika itu tak dilakukan, kita bisa kalah bersaing dengan negara mana pun. Bukan hanya dengan Cina,” ujar Agustinus.
Impor
Daging Ilegal Diekspor Lagi
KEMENTERIAN Pertanian akan mengekspor kembali 2.000an ton daging ilegal yang tersimpan di Pelabuhan Tanjung Priok. Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian Banun Harpini mengatakan, upaya mengekspor kembali akan dilakukan secara bertahap mulai bulan ini. ”Tinggal menunggu ketersediaan kapalnya,” ujarnya di Jakarta, Kamis pekan lalu.
Ada 143 kontainer daging bermasalah. Sebanyak 51 kontainer di bawah pengawasan Badan Karantina, dan sisanya dalam pengawasan kepabeanan. Badan Karantina tak meloloskannya karena ada ketidaksesuaian keterangan di surat izin impor, yang meliputi negara asal, perbedaan jenis barang, dan kelebihan tonase. Bea dan Cukai belum mengizinkan daging impor itu keluar lantaran dokumen pemberitahuan impor barangnya belum lengkap.
Menurut Banun, 26 kontainer akan segera diberangkatkan ke negara asalnya, seperti Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Australia. Sisanya, 25 kontainer, masih harus menunggu keputusan pengadilan tata usaha negara. Dua puluh lima kontainer itu milik PT Anzindo Gratia International dan PT Berkat Mitra Mandiri Prima.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Teguh Boediyana meminta, sebelum diekspor kembali, semua kontainer dibuka dan dicek ulang. ”Jangan sampai yang diekspor kembali kontainer kosong, tidak ada dagingnya,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo