Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Korporasi
Bakrie Rugi Rp 16 Triliun
Meskipun mencatat lonjakan pendapatan, PT Bakrie & Brothers Tbk. mencatat kerugian yang sangat besar pada tahun lalu. Penghasilan bersih perusahaan tahun 2008 naik hampir 60 persen menjadi Rp 8,41 triliun. Namun kerugiannya juga luar biasa, yakni Rp 16,62 triliun. Padahal pada 2007 perusahaan ini mengantongi laba bersih Rp 223,36 miliar.
Dalam laporan keuangan konsolidasi yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sudarmadji, dan Dadang tertanggal 31 Maret 2009, disebutkan kerugian akibat penjualan penyertaan saham pada anak perusahaan dan perusahaan asosiasi Rp 17,06 triliun. Kerugian ini diduga terkait langkah perseroan mencari pinjaman utang senilai US$ 1,3 miliar dari sejumlah kreditor lokal dan asing dengan menggadaikan enam saham unit usaha (repo) pada Maret 2007.
Melihat profil keuangan perusahaan seperti itu, Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman menyarankan agar investor menjual saham perusahaan tersebut. Nilai riil sahamnya diperkirakan di bawah harga sekarang yang Rp 50 per lembar. ”Sahamnya sudah tidak aktif diperdagangkan,” katanya.
BI Rate
Sudah 7,5 Persen
DEWAN Gubernur Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) 25 basis poin menjadi 7,5 persen. Dibandingkan posisi Desember 2008, suku bunga acuan ini sudah turun 200 basis poin atau 2 persen. ”Keputusan diambil setelah mencermati perkembangan ekonomi dalam dan luar negeri,” ujar Gubernur Bank Indonesia Boediono, Jumat pekan lalu.
Tekanan inflasi memang terus turun karena dampak positif penurunan harga bensin ditambah produksi pangan membaik, dan insentif fiskal sudah bergulir. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mengumumkan laju inflasi Maret hanya 0,22 persen. Inflasi tahunan pada Maret lalu hanya 7,92 persen, turun jauh dibandingkan Desember lalu yang masih 11,06 persen.
Monopoli
Akuisisi Alfa Dipersoalkan
KOMISI Pengawas Persaingan Usaha tengah meneliti akuisisi PT Alfa Retailindo oleh PT Carrefour Indonesia karena ada dugaan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang akhirnya merugikan konsumen. Dari pemeriksaan awal sejak Januari hingga 11 Maret 2009 ditemukan bahwa Carrefour menguasai pasar di atas 50 persen. ”Pangsa pasar meningkat tajam setelah akuisisi. Ini sudah monopoli,” ujar Direktur Komunikasi KPPU Ahmad Junaidi, Rabu pekan lalu.
Setelah akuisisi, Carrefour menguasai pasar retail 48,38 persen, naik dari sebelumnya 37,98 persen. Peretail Prancis ini juga menguasai 66,73 persen pasar pemasok, dari sebelumnya 44,72 persen. Akibatnya, Carrefour leluasa menetapkan biaya tinggi kepada pemasok. Biaya yang harus dikeluarkan pemasok pun naik dari 13 persen menjadi 33 persen dari harga penjualan, di antaranya untuk bujet promosi, diskon promosi, dan biaya rabat. Akibatnya, harga jual naik dan konsumen merugi triliunan rupiah.
Direktur Hubungan Korporasi Carrefour Irawan Kadarman mempertanyakan mengapa akuisisi itu dipersoalkan sekarang. Padahal pihaknya sudah mengikuti aturan yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Dari analisis PT AC Nielsen Indonesia, pangsa pasar Carrefour setelah akuisisi hanya 7 persen. ”Kami tidak dominan,” katanya.
Perdagangan
Batam Bebas
MULAI 1 April lalu, kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas di Batam, Bintan, dan Karimun efektif berlaku. Sejak itu, kawasan ini bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, serta pajak penjualan atas barang mewah dan cukai. ”Secara bertahap investor baru akan hadir, membuka lapangan kerja di sana, dan ekspor meningkat. Tinggal bagaimana komitmen menghilangkan hambatan birokrasi,” ujar peneliti CSIS Pande Radja Silalahi.
Selain itu, sejumlah kewenangan yang tadinya dipegang Menteri Perdagangan kini dilimpahkan ke Badan Pengusahaan Kawasan Batam Bintan Karimun. Pelimpahan perizinan impor, misalnya, untuk produk besi atau baju, tekstil dan produk tekstil, minuman beralkohol, dan mesin pertanian. Sedangkan wewenang perizinan ekspor dilimpahkan untuk produk kopi dan industri kehutanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo