Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Muka baru dana baru

Bank susila bakti melakukan perombakan direksi. presdir pt summa int. membeli 60% saham bank itu. eka tjipta keberatan boediarto boentaran terlibat mengelola bank tersebut. permadi ditunjuk sebagai preskom.

27 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REORGANISASI Bank Susila Bhakti sudah bisa dipastikan. Presiden Direktur PT Summa International, Soebagio Wiryoatmojo, sudah bersedia mengucurkan dana ke Bank Susila Bhakti (BSB). Dengan demikian, Soebagio menguasai 60% saham, sedangkan pemilik lama (Kodel Group) tinggal memegang 40%. Dengan injeksi dana dan perombakan direksi plus komisaris, BSB -- total aset per September 1990, Rp 300 milyar -- direncanakan naik dari menengah ke papan atas. Pengesahan perubahan struktur saham dan reorganisasi pengurus akan dilakukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), yang direncanakan akhir bulan ini juga. Perihal ia bergabung ke BSB, Soebagio menuturkan sebuah kisah kecil kepada Bambang Sujatmoko dari TEMPO. "Prosesnya sederhana saja," ia berucap. "Dua bulan lalu kami ketemu. Kodel menawarkan sahamnya. Setelah negosiasi, saya pikir ternyata kami cocok. Saya membeli sahamnya 60%. Mungkin memang sudah jodoh." Cuma Soebagio enggan menuturkan berapa nilai sesungguhnya dari 60% itu. Tapi ditegaskannya, itu bukan dana Summa atau Astra. "Itu pribadi. Dan bukan saya seluruhnya. Sekitar separuh dari yang 60% itu dari Pak Boediarto Boentaran." Yang dimaksud Soebagio dengan Boediarto Boentaran (BB) adalah yang selama ini kita kenal sebagai Vice Chairman Bank Internasional Indonesia (BII), Managing Director Sinar Mas Group, dan Chief Executive Officer Sadang Mas Group, serta komisaris Bank Pelita. Semuanya dalam jaringan Grup Eka Tjipta Wijaya. Dan sejak pekan silam, terbetik kabar bahwa Boediarto, 44 tahun, akan menjadi Presiden Direktur BSB. Benarkah? Lalu kalau begitu tentu ia harus meninggalkan BII dan Eka Tjipta. "Itu semua dimulai sejak tiga bulan lalu," Boediarto mencoba menjelaskan. Waktu itu saya dan Kodel makan siang. Mereka minta bantuan saya untuk menjadi Presiden Direktur BSB. Itu jelas tidak bisa. Saya menolak. Anda tahu sendiri, saya punya beberapa jabatan sekaligus. Kemudian mereka minta saya memberikan saran-saran. Kalau begitu mungkin bisa." Sampai di sini bisa disimpulkan, BB tak akan meninggalkan posisinya yang sekarang. "Keluarga Wijaya sudah seperti keluarga sendiri. Saya besar di sini. Sudah enam tahun menuangkan seluruh kapasitas saya di sini," katanya. Ia juga minta supaya keterlibatannya dengan BSB jangan dikaitkan dengan BII dan Sinar Mas Group. Seperti juga Soebagio, "Semua itu atas nama pribadi. Orang-orang Kodel seperti Fahmi Idris, Sugeng Sarjadi, dan Maher Algadri serta kemudian Soebagio, itu semua teman saya dari kecil. Ini saya lakukan lebih banyak karena pertimbangan moril, bukan ekonomis." Tapi Eka Tjipta sendiri bagaimana? Boediarto tidak langsung menjawab. Ia menghela napas, lalu menyalakan sigaret 555. "Sebenarnya beliau agak keberatan juga, karena ingin agar saya tetap full time di sini." Soebagio juga mengaku tidak akan terlibat banyak. "Saya cuma memberikan pengarahan dan memilih orang-orang yang akan menjadi direksi," katanya. Hasilnya, yang juga sudah dikonfirmasikan oleh Boediarto, adalah: jabatan presiden komisaris akan dipegang Permadi, bekas Dirut BRI. Di jajaran direksi, ada Hatta Abdullah (calon direktur operasi) dan Lukman Siregar (calon direktur treasury). "Untuk presiden direktur dan direktur kredit, kami masih mencari," ucap Soebagio. Kabarnya, Irwan Habsah dari Citibank sudah direkrut hanya sampai akhir pekan lalu belum dipastikan jabatannya. Kenyataan itu menunjukkan, pencaplokan eksekutif bank memang sulit dielakkan. Tapi menurut Boediarto tidak persis begitu. "Persoalannya karena kita tidak begitu mengenal orang lain," katanya. "Maka, ada kecenderungan, kalau direksinya bekas Citibank, maka ia akan merekrut orang dari tempat yang sama. Saya, misalnya, cuma tahu siapa saja orang Chase yang baik. BSB juga begitu. Mereka lebih mengenal saya dibandingkan bankir lainnya." MC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus