Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Musim Semi Taman Hiburan

Disokong tumbuhnya kelas menengah, industri rekreasi menjamur di seantero Indonesia. Dari water park sampai theme park.

14 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBELUM Ramadan, Prasetya Hariadi, 53 tahun, ingin membawa anak-cucunya berenang. Minggu pagi dua pekan lalu, rombongan keluarga asal Jakarta itu menuju The Jungle, taman wisata air di kompleks Bogor Nirwana Residence. Namun, sesampai di pintu jalan tol Bogor, iring-iringan dua mobil itu berbalik arah. Demonstrasi sopir di Terminal Baranangsiang membuat lalu lintas jalan Kota Bogor macet berat.

Rombongan berbelok ke JungleLand di Sentul Nirwana. "Saya kira JungleLand itu water park, ternyata theme park seperti Dufan," kata Prasetya. Meski keluarga Prasetya tertarik mencoba 22 wahana yang ada, terik matahari siang itu membuat mereka kembali ke rencana awal: berenang. Dari lembah tempat JungleLand berdiri, mereka berbelok ke tempat rekreasi lain, kolam renang Sentul Highlands, yang berjarak sekitar dua kilometer, untuk menghabiskan hari.

Industri rekreasi mencatat pertumbuhan yang mengagumkan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan produk domestik bruto atas dasar harga konstan hiburan dan rekreasi menunjukkan tren kenaikan: dari Rp 8,345 triliun pada 2008 terus naik ke angka Rp 11,265 triliun pada 2013.

Kenaikan ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan konsumsi dari kelas menengah. Pada triwulan I 2013, pertumbuhan ekonomi tercatat naik sebesar 6,02 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Data BPS juga menunjukkan kenaikan indeks tendensi konsumen nasional didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga.

Syafrul Hidayat, General Manager PT JungleLand Asia, mengatakan perseroan membidik pengunjung dari Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. "Kalau melihat traffic saat weekend, ada 300 ribu kendaraan dari Jakarta, Banten, dan Jawa Barat ke ­kawasan Puncak," ujar Syafrul, Jumat pekan lalu.

Dibuka April lalu, JungleLand ditutup sementara selama Ramadan. "Kami mempersiapkan lima wahana baru agar saat Lebaran lebih siap menerima pengunjung," kata Syafrul. Kincir (Ferris wheel) berdiameter 45 meter diharapkan beroperasi saat itu. Hingga awal pekan lalu, sejumlah pekerja tampak menyelesaikan pekerjaan di pintu masuk.

Syafrul yakin lokasi JungleLand di lembah Bukit Sentul yang dialiri dua sungai menarik minat pengunjung. "Kami juga bekerja sama dengan Science Center Singapura. Sebab, ini bukan hanya sarana hiburan, melainkan juga edukasi," ucapnya. JungleLand dimiliki Grup Bakrieland lewat anak usahanya, PT Bukit Jonggol Asri, sebesar 60 persen. Nilai aset perusahaan yang berdiri pada 2011 itu mencapai Rp 906 miliar menurut Laporan Keuangan Bakrieland 2012.

Bakrieland juga memiliki 99,97 persen saham di PT Graha Andrasentra, pengelola The Jungle Water Adventure di Bogor Nirwana Residence. Zakky Afifi, General Manager The Jungle, mengatakan angka kunjungan mencapai 1 juta sepanjang tahun lalu. "Omzet sudah mencapai 120 persen bila dihitung dari awal beroperasi pada 2007," kata Zakky, Selasa pekan lalu. The Jungle mulanya fasilitas pendukung untuk perumahan Bogor Nirwana, yang berkonsep kota mandiri. Tapi belakangan, "Pengunjungnya juga banyak dari luar Bogor," ujarnya.

Sebelum hadir The Jungle, BSD City lebih dulu membangun Ocean Park Water Adventure sebagai fasilitas rekreasi di Tangerang. PT Metropolitan Land Tbk, pengembang perumahan Metland Menteng, Cakung, Jakarta Timur, membangun pusat rekreasi bernama Waterland Metland. Grup Ciputra juga membangun Ciputra Waterpark di kawasan Citra Raya, Surabaya, dan Amanzi Waterpark di Citra Grand City, Palembang.

Bukan cuma grup properti, grup media juga melirik bisnis rekreasi. Corporate Secretary MNC Group Arya Sinulingga mengatakan pihaknya tengah menyusun master plan pembangunan theme park yang terintegrasi dengan hotel dan lapangan golf di lahan 1.000 hektare di Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Lahan ini diperoleh lewat pembelian anak usaha Bakrieland, PT Lido Nirwana Parahyangan dan PT Lidogolf Prima. "Pembelian Lido itu sepaket dengan pembelian konsesi jalan tol Grup Bakrie beserta utang," ucap Arya, Jumat pekan lalu.

Grup MNC, kata dia, ingin membangun theme park sekelas Disneyland di Lido. Pilihan tempat ini terkait dengan akses. Selain bisa ditempuh dari jalan tol yang akan dibangun, Lido bisa diakses lewat jalur kereta api. "Pendapatan grup Disney dari ­theme park besar. Bisnis theme park itu bisnis media juga," ujarnya.

Trans Corporation, grup media milik Chairul Tanjung, mendahului MNC lewat ekspansi Trans Studio. Setelah dibuka di Makassar dan Bandung, taman hiburan berkonsep indoor itu akan berekspansi ke Jabodetabek. "Kalau dari ukuran, Trans Studio Bandung itu empat kali Makassar. Trans Studio Jakarta itu bakal 20 kali ukuran Trans Studio Bandung," kata Ishadi, juru bicara Trans Corporation, Jumat pekan lalu.

Ishadi berharap groundbreaking di lokasi yang masih dirahasiakan itu digelar paling lambat awal tahun depan. "Dalam tiga tahun sudah siap beroperasi," ujarnya. Perusahaan, kata dia, telah menghitung kalkulasi bisnis berdasarkan pengalaman di Makassar dan Bandung. "Kami mungkin akan menggunakan listrik tenaga surya untuk penghematan," ucapnya. Trans Studio Jakarta berkonsep integrasi ­kawasan. "Ada mal, convention center, dan hotel. Mungkin juga akan ada rekreasi outdoor," kata Ishadi.

Trans melihat prospek bisnis rekreasi sejak lima tahun lalu. "Saat krisis 2008, orang Amerika justru banyak membelanjakan kebutuhan konsumsi ke taman hiburan," ujar Ishadi. Menurut dia, Chairul Tanjung melihat kecenderungan yang mirip di Indonesia. "Ada 50 juta kelas menengah baru. Lima tahun lagi jumlahnya akan berlipat. Ini tidak semuanya bisa diserap Dufan," kata Ishadi.

Berbeda dengan taman hiburan lain yang cenderung sepi saat Ramadan, Trans Studio Bandung cukup ramai pada Kamis pekan lalu. Rekreasi bebas panas dan hujan jadi pilihan banyak pengunjung yang berpuasa. "Saya berekreasi ke sini bersama enam keponakan saya. Ada yang pelajar SD, SMP, dan SMA. Satu orang sudah lulus SMA. Sudah dua kali mereka liburan ke sini," ujar Nova Yuliani, pengunjung asal Pekanbaru.

PT Pembangunan Jaya Ancol mengaku tak khawatir terhadap kemunculan pemain baru di bisnis ini. Sebagai pemain lama di bisnis hiburan, Ancol yakin bisa jadi pemenang. "Kami tahu apa yang diinginkan pasar," kata Winarto, Direktur Rekreasi Ancol, Rabu pekan lalu. Menurut dia, karakter market Indonesia sangat mengharapkan sesuatu yang baru. "Jadi kalau tempat rekreasi yang baru dibuka itu ramai, itu sudah pasti. Tapi, kalau tempat rekreasi bisa menjaga market tetap stabil, itu baru bagus," ucap Winarto. Tahun ini Ancol menyiapkan wahana baru dengan akan dibukanya wahana Ice Age.

Tahun lalu pengunjung Ancol mencapai 14,5 juta, naik 1 juta pengunjung dari tahun 2011. "Tumbuh dua-lima persen itu bagus buat taman hiburan di atas 10 juta pengunjung," katanya. Ancol menyasar segmentasi pasar yang lebih besar. "Kami ini BUMD. Kami menyediakan fasilitas rekreasi sesuai dengan kemampuan masyarakat," ujarnya. Winarto mencontohkan harga tiket masuk Dunia Fantasi Rp 250 ribu yang dengan promo ditekan menjadi Rp 150 ribu, Ocean Samudera Rp 100 ribu, dan Pantai Ancol Rp 30 ribu.

Kota Batu, Jawa Timur, tak mau kalah. Di sana Grup Jawa Timur Park (JTP) membangun sejumlah lokasi rekreasi berkonsep edukasi. Dari taman wisata air, kebun binatang, hingga ecopark. Teknik promosi meniru konsep Singapura. Ada paket hemat untuk mengunjungi semua lokasi rekreasi milik grup itu. Papan iklan juga dipasang dari Banyuwangi sampai Kudus. "Kreativitas itu modal utama. Wahana baru harus selalu ada agar pengunjung tak jenuh," kata Marketing Executive Grup JTP Titik S. Ariyanto.

Di Surakarta, Pandawa Water World menarik lebih banyak pengunjung dari Semarang, Salatiga, dan luar Jawa sejak didirikan lima tahun lalu. Konsep taman wisata air ini mengandalkan epos Mahabharata dengan menampilkan tokoh-tokoh pewayangan. "Kuncinya ada di kelengkapan wahana, pelayanan, dan program promo," ujar Neni Tri Sulistyani, Support Marketing Officer PT Pandawa Binasukses, pemilik dan pengelola Pandawa Water World, Kamis pekan lalu.

Kalla Group juga membangun Bugis Waterpark, yang beroperasi sejak tahun lalu di Makassar. Di Bandung, setidaknya tiga taman wisata air sudah beroperasi. Pilihan investasi taman wisata air memang menggiurkan untuk bisnis rekreasi di tingkat kota. Investasinya berkisar Rp 50-140 miliar dengan pengembalian modal yang relatif cepat. Lain dengan theme park, yang mencapai angka triliunan. "Investasi theme park bisa 35 kali water park," kata Winarto.

Amandra Mustika Megarani, Risanti (Bandung), Eko Widianto (Malang), Ukky Primartantyo (Surakarta), Cornila Desyana (Makassar), Astri Pirantiwi (PDAT)


Produk domestik bruto hiburan dan rekreasi*
  • 8,3 (2008)
  • 9,0 (2009)
  • 9,7 (2010)
  • 10,5 (2011)
  • 11,3 (2012)
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus