Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terlambat Dari Cibinong.

Adanya kenaikan permintaan, semen kekurangannya di harapkan ditutup oleh semen batu raja. presiden soeharto menekan tombol indarung ii.

22 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PUSAT perdagangan semen di Jalan Yamin, Padang, tiba-tiba ramai. Para pedagang dari Bengkulu hilir-mudik membikin transaksi di toko-toko yang menimbun semennya sampai ke trotoar. Pemandangan di akhir Februari itu berlangsung setelah PT Semen Indarung Padang mengurangi penjualan lewat laut. Sehingga para pedagang Bengkulu sendiri harus menjemput semen dari Padang. Serbuan Bengkulu ini sedikit banyak merubah pasaran di Padang. Sementara lonjakan harga di Bengkulu sendiri tak bisa diredakan. Harga Patokan Setempat (HPS) Rp 2.125. Tapi dengan susahpayah orang baru bisa membeli dengan Rp 3.250/sak. Tak hanya Bengkulu yang susut persediaannya. Aceh juga menderita. Di sini harga tercatat Rp 3.200. "Saya terpaksa menghentikan pekerjaan," tukas Sofyan Amin, seorang pemborong di Banda Aceh kepada Darmansyah dari TEMPO. Pengurangan jatah penjualan lewat laut dilakukan oleh Semen Indarung, untuk mempercepat pemasukan uang. "Lewat darat lebih untung dan uang kembali cepat?" kata sebuah sumber. Ada juga yang berpendapat goncangnya persediaan Semen Padang di Padang sendiri karena banyak yang diangkut ke Sumatera Utara untuk mencukupi kebutuhan provinsi itu. Sebab kiriman dari Cibinong dan Gresik untuk daerah itu tersendat-sendat. Lim Sioe Liong Bisa diduga keadaan itu memancing spekulasi. Apalagi harga semen di Jakarta mengalami kenaikan sekitar Rp 100 per sak di atas HPS, menyusul berita kerusakan yang terjadi di pabrik Indo Cement produsen Tiga Roda. Didorong pula oleh rencana kenaikan ekspor nasional tahun ini menjadi 1,2 juta ton. dari 104.000 ton selama 1978. Tapi menurut Liem Sioe Liong, presiden direktur PT Distinct Indonesia Cement Enterprise kenaikan harga semen belakangan ini "disebabkan oleh persiapan Pelita III yang akan dimulai April, datangnya hujan dan faktor ekspor." Terlepas dari beberapa peristiwa tadi kebutuhan semen akhir-akhir ini memang meningkat di seluruh Sumatera. "Sumatera bagian tengah termasuk Riau dan belahan selatan Sumatera Utara yang biasanya menerima 800 ton sehari. kini meminta 1.200 ton. Semen Padang untuk Sumatera Selatan dan Lampung juga meningkat dari 1.800 ton perbulan menjadi 2.000 ton," kata Dir-Ut PT Semen Indarung Padang, Drs. Joni Marsinih. Di tengah kenaikan permintaan itu, 18 Maret Presiden Soeharto berada di Padang untuk menekan tombol tanda diresmikannya Proyek Indarung II yang dibangun selama 4 tahun. Pabrik yang merupakan perluasan itu akan menghasilkan 600.000 ton setahun. Dengan begitu seluruh hasil Semen Indarung pertahun akan mencapai 930.000 ton. Itu diharapkan bisa memenuhi kebutuhan seluruh Sumatera yang berjumlah 1,4 juta ton. Sedangkan kekurangannya bisa ditutup dengan pengiriman dari Gresik Cibinong atau Semen Nusantara dari Cilacap. Proyek Indarung II yang diresmikan Presiden minggu lalu itu menelan biaya Rp 62,8 milyar. Berasal dari pinjaman pemerintah Denmark Rp 34 milyar yang akan dilunasi Semen Padang dalam 10 tahun. Sebagian lagi berasal dari kredit BDN, Bapindo serta dana PT Semen Padang sendiri. Dengan jumlah produksi 930.000 ton pertahun, Semen Indarung Padang diperkirakan akan meningkatkan produksi semen nasional menjadi 6,3 juta ton dengan konsumsi dalam negeri 4,9 ton. Konsumsi perorangan meningkat menjadi 33 kg perkapita atau naik sekita 6 kali konsumsi Pelita I. Semen Indarung ini masih akan melebarkan sayapnya. Sebab menurut direkturnya Joni Marsinih, pada 1983 kebutuhan semen untuk Sumatera akan mencapai 2,5 juta ton pertahun. Tahun ini juga rencana perluasan itu sudah bisa dimulai. "Cuma kami belum tahu dari mana dananya diperoleh," katanya kepada koresponden TEMPO, Muchlis Sulin. Apabila soal dana itu terpecahkan sekarang ini, perluasan Indarung III bisa rampung tahun 1983. Produksinya sekitar 600.000 ton pula. Sehingga seluruh produksi Unit Indarung mencapai 1,5 juta ton. Pada tahun itu diperkirakan kebutuhan semen untuk Sumatera sekitar 2,5 juta ton. Kekurangannya? Ini diharapkan bisa ditutup oleh PT Semen Batu Raja di Sumatera Selatan yang akan rampung tahun depan dengan kapasitas produksi 500.000 ton. "Sedangkan kekurangan yang 500.000 ton lagi diharapkan bisa dipenuhi oleh pabrik semen yang direncanakan akan dibangun di Aceh," ulas Joni Marsinih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus