HARGA semen naik. Berita tak sedap terutama buat mereka yang
sedang membangun gedung dan rumah, terjadi minggu lalu, merata
di hampir semua kota Indonesia. Di Jakarta, Abah Apang, pemilik
toko bangunan Sumber Baru di lalan Dr. Saharjo, misalnya, Senin
lalu, tenang saja menawarkan harga mati Rp 2.800 untuk setiap
kantung semen cap Tiga Roda. Padahal, harga pedoman sementara
(HPS) semen itu (ditetapkan bersama oleh produsen, Departemen
Perdagangan, dan Asosiasi Semen Indonesia) adalah Rp 2.250 per
kantung.
"Apa boleh buat itu harga pasaran sekarang," ujar Apang. Harga
semen di Jakarta, setelah dicek memang bervariasi antara Rp
2.750 dan Rp 2.800.
Pasaran bahan baku vital untuk bangunan ini, di kota-kota lain
memang sudah bergerak naik sejak Oktober. Hanya, jika di Jakarta
kenaikan itu merayap pelan antara Rp 50 sampai Rp 100 di atas
HPS, di kota lainnya rata-rata menajam di atas Rp 200. Bahkan
pekan lalu, kenaikan drastis meledak di Ja-Teng: di Semarang,
misalnya, mencapai Rp 4.100 per kantung.
Kenapa? Jawaban hampir serempak dikeluarkan para pengecer: Sulit
mencari semen. Antara lain, ada yang menduga kesulitan itu
akibat Operasi Teratai yang dilancarkan Ketua Obstib Laksamana
Sudomo yang akhirnya menetapkan pembatasan kapasitas angkut
truk. Itu dianggap telah mengakibatkan kelambatan dalam suplai.
Pihak Indo Cement, produsen semen cap Tiga Roda membenarkan
dugaan itu. "Memang bukan satu-satunya. Tapi, adanya pembatasan
daya angkut truk merupakan salah satu penyebab naiknya harga
semen kami," kata Bambang Iswahyanto, staf bagian pemasaran PT
Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE), anak perusahaan
Indo Cement pada TEMPO . Ia memberi contoh pengiriman semen ke
Jawa Barat yang belakangan ini agak tersendat. "Biasanya setiap
bulan bisa 50 sampai 60 ribu ton, belakangan ini baru mengirim
12 ribu ton," katanya.
Akibatnya, harga Tiga Roda melonjak sampai Rp 4.000 per kantung
di Kota Bandung. dan tempat lain di sekitar Ja-Bar. Dan DICE tak
bisa berbuat apaapa. "Memang harus diakui selain faktor daya
angkut itu, ada orang yang berspekulasi dengan harga BBM dan
membeli semen kami lebih dari biasanya," ucap Bambang lagi.
Pangdam VII Diponegoro Maylen Ismail yang Senin lalu sibuk
melancarkan Operasi Pasar untuk menurunkan harga semen yang
sudah mencapai Rp 4.000 di Semarang, juga tampaknya masih
mencari-cari penyebabnya. Sebelumnya dia sudah mengancam akan
menindak orang yang "mempermainkan" harga semen. "Armada
angkutan untuk semen memenuhi kebutuhan. Jadi, tak ada alasan
menaikkan harga, dan menyalahkan Operasi Teratai," katanya.
Untuk membuktikan kenaikan harga itu tak perlu, Ismail pun
melancarkan penyaluran semen Nusantara seharga Rp 2.300 per
kantung lewat 11 penyalur yang dikerahkannya ke berbagai pelosok
Kota Semarang.
Banyak orang berharap operasi itu berhasil. Di antaranya, mereka
yang kini tengah membangn rumah dan para kontraktor. Misalnya,
PT Pembangunan aya yang awal tahun depan akan membangun proyek
baru: sebuah hotel di Bali. "Dengan harga sekarang, khusus untuk
semen kami sudah harus nombok sekitar Rp 160 juta," kata Willy
Rotinsulu, Wakil Direktur Jaya. Dan ia membantah langkanya semen
di pasaran karena banyak orang terutama kontraktor yang
menyedot semen di atas kebutuhan. "Kami berhubungan langsung
dengan distributor," katanya.
Distributor memang merupakan tangan utama pemasaran dari 7
perusahaan semen yang berproduksi saat ini di Indonesia. Tahun
ini mereka mendistribusikan kira-kira 7,4 juta ton semen buatan
DICE, Gresik, Padang, Nusantara, Cibinong, Tonasa dan Baturaja.
Departemen Perdagangan dan Koperasi memperkirakan kebutuhan
semen tahun ini akan mencapai 7,8 juta ton meningkat 16% dari
tahun lalu. Secara berangsur hingga Januari mendatang, instansi
itu akan memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengimpor 400 ribu
ton semen tambahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini