Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Naik, Ulah Siapa?

Semen menghilang dari pasaran, dan hargapun naik, ada yang menyalahkan karena adanya operasi teratai dan isu bbm akan naik. (eb)

11 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARGA semen naik. Berita tak sedap terutama buat mereka yang sedang membangun gedung dan rumah, terjadi minggu lalu, merata di hampir semua kota Indonesia. Di Jakarta, Abah Apang, pemilik toko bangunan Sumber Baru di lalan Dr. Saharjo, misalnya, Senin lalu, tenang saja menawarkan harga mati Rp 2.800 untuk setiap kantung semen cap Tiga Roda. Padahal, harga pedoman sementara (HPS) semen itu (ditetapkan bersama oleh produsen, Departemen Perdagangan, dan Asosiasi Semen Indonesia) adalah Rp 2.250 per kantung. "Apa boleh buat itu harga pasaran sekarang," ujar Apang. Harga semen di Jakarta, setelah dicek memang bervariasi antara Rp 2.750 dan Rp 2.800. Pasaran bahan baku vital untuk bangunan ini, di kota-kota lain memang sudah bergerak naik sejak Oktober. Hanya, jika di Jakarta kenaikan itu merayap pelan antara Rp 50 sampai Rp 100 di atas HPS, di kota lainnya rata-rata menajam di atas Rp 200. Bahkan pekan lalu, kenaikan drastis meledak di Ja-Teng: di Semarang, misalnya, mencapai Rp 4.100 per kantung. Kenapa? Jawaban hampir serempak dikeluarkan para pengecer: Sulit mencari semen. Antara lain, ada yang menduga kesulitan itu akibat Operasi Teratai yang dilancarkan Ketua Obstib Laksamana Sudomo yang akhirnya menetapkan pembatasan kapasitas angkut truk. Itu dianggap telah mengakibatkan kelambatan dalam suplai. Pihak Indo Cement, produsen semen cap Tiga Roda membenarkan dugaan itu. "Memang bukan satu-satunya. Tapi, adanya pembatasan daya angkut truk merupakan salah satu penyebab naiknya harga semen kami," kata Bambang Iswahyanto, staf bagian pemasaran PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE), anak perusahaan Indo Cement pada TEMPO . Ia memberi contoh pengiriman semen ke Jawa Barat yang belakangan ini agak tersendat. "Biasanya setiap bulan bisa 50 sampai 60 ribu ton, belakangan ini baru mengirim 12 ribu ton," katanya. Akibatnya, harga Tiga Roda melonjak sampai Rp 4.000 per kantung di Kota Bandung. dan tempat lain di sekitar Ja-Bar. Dan DICE tak bisa berbuat apaapa. "Memang harus diakui selain faktor daya angkut itu, ada orang yang berspekulasi dengan harga BBM dan membeli semen kami lebih dari biasanya," ucap Bambang lagi. Pangdam VII Diponegoro Maylen Ismail yang Senin lalu sibuk melancarkan Operasi Pasar untuk menurunkan harga semen yang sudah mencapai Rp 4.000 di Semarang, juga tampaknya masih mencari-cari penyebabnya. Sebelumnya dia sudah mengancam akan menindak orang yang "mempermainkan" harga semen. "Armada angkutan untuk semen memenuhi kebutuhan. Jadi, tak ada alasan menaikkan harga, dan menyalahkan Operasi Teratai," katanya. Untuk membuktikan kenaikan harga itu tak perlu, Ismail pun melancarkan penyaluran semen Nusantara seharga Rp 2.300 per kantung lewat 11 penyalur yang dikerahkannya ke berbagai pelosok Kota Semarang. Banyak orang berharap operasi itu berhasil. Di antaranya, mereka yang kini tengah membangn rumah dan para kontraktor. Misalnya, PT Pembangunan aya yang awal tahun depan akan membangun proyek baru: sebuah hotel di Bali. "Dengan harga sekarang, khusus untuk semen kami sudah harus nombok sekitar Rp 160 juta," kata Willy Rotinsulu, Wakil Direktur Jaya. Dan ia membantah langkanya semen di pasaran karena banyak orang terutama kontraktor yang menyedot semen di atas kebutuhan. "Kami berhubungan langsung dengan distributor," katanya. Distributor memang merupakan tangan utama pemasaran dari 7 perusahaan semen yang berproduksi saat ini di Indonesia. Tahun ini mereka mendistribusikan kira-kira 7,4 juta ton semen buatan DICE, Gresik, Padang, Nusantara, Cibinong, Tonasa dan Baturaja. Departemen Perdagangan dan Koperasi memperkirakan kebutuhan semen tahun ini akan mencapai 7,8 juta ton meningkat 16% dari tahun lalu. Secara berangsur hingga Januari mendatang, instansi itu akan memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengimpor 400 ribu ton semen tambahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus