PENAHANAN ekspor pakaian jadi made in Indonesia seharga kurang
lebih US$ 19 juta oleh duane Inggeris (TEMPO 20 Januari),
ternyata berekor panjang. Pihak Bea Cukai Kerajaan Inggeris itu
tak yakin Indonesia mampu mengekspor pakaian jadi demikian
besar. Maka dua orang pejabat Bea Cukai Inggeris itu baru-baru
ini datang ke Jakarta. Mereka menemui pejabat Bea Cukai di sini
Deperdagkop, Perhimpunan Industri Barang Jadi Tekstil Indonesia
(PIBTI) dan meninjau pabrik pakaian jadi yang berlokasi di
kawasan Bonded Warehouse (BWI) Tanjung Priok. "Mereka meragukan
Surat Keterangan Asal (SKA)nya," kata H.O. Baadilla, direktur
Pusat Promosi Perdagangan Indonesia di London kepada TEMPO pekan
lalu di Jakarta.
Rupanya pakaian jadi yang menggunakan label Indonesia itu
menurut sumber di BPEN bukan hanya diekspor ke London, tapi juga
ke Amerika Serikat. Bukan pula dijahit di BWI Priok tapi hanya
singgah sebentar untuk dibungkus lalu dikirim kembali.
"Pakaiannya sendiri sudah siap, diberi label made in Indonesia
dan disertai SKA Indonesia di Hongkong," kata A. Baramuli SH,
ketua umum PIBTI. SKA Indonesia yang diperlukan untuk ekspor itu
oleh eksportir Hongkong dibeli dari pejabat Indonesia.
Soalnya tiap negara yang mau mengekspor pakaian jadi ke pasaran
Eropa dibatasi jatahnya yang disebut kwota. Tapi kwota Hongkong
sudah habis. Sedang kwota Indonesia yang bernilai US$400 juta
setahun, tahun lalu baru terpakai sekitar US$ 8 juta. Maka
terjadilah penyalahgunaan dan jual-beli SKA Indonesia. Untuk
satu lusin SKA-nya mencapai hara US$ 4.
Dari penelitian sementara SKA Indonesia itu, menurut Baadilla,
dikeluarkan oleh berbagai instansi. "Ada yang dikeluarkan oleh
manajemen pelabuhan bebas Sabang dan ada pula oleh Kadin Jawa
Barat, suatu instansi yang sebenarnya tak punya wewenang
mengeluarkan sertifikat asal Indonesia." Para pengusaha Hongkong
itu dengan mudah pula mendapat SKA Indonesia dari Kanwil
Perdagangan dan Koperasi DKI Jakarta, di samping ada pula yang
benar-benar dipalsukan. Mungkin karena tergopoh-gopoh ada
pakaian jadi dengan label Indonesia itu hanya ditempelkan untuk
menutup label made in Hongkong yang sudah lebih dulu dijahit.
Karena perdagangan dengan MEE sifatnya kwota "kemunkinan
pakaian jadi yang ditahan Bea Cukai Inggeris itu bisa ditolak,"
ujar Baadilla.
Sebagai akibat dari Kenop-15 pasaran pakaian jadi di Eropa
maupun Amerika Serikat dewasa ini memang menarik para eksportir
produsen. Pabrikpabrik pakaian jadi yang beroperasi di luar
kawasan BWI umumnya sudah teken kontrak penjualan sampai
September yang akan datang. Tapi untuk 5 pabrik pakaian jadi di
BWI Priok sementara ini masih dalam penertiban.
Yang betul-betul mengekspor hanyalah PT Narisa, di mana Frans
Seda menjadi Komisaris Utamanya, kata sumber di BPEN. Lainnya
seperti PT Alexandra Knitters, PT Interland, PT Indo Tunghai, PT
Caldera dan PT Golden Castle scmentara ini belum akan diberi
SKA. Bahkan soal SKA ini juga akan menjadi agenda dalam Raker
Deperdagkop yang dimulai 26 Maret ini. Sebabmenurut kalangan pejabat
BPEN, di belakang manipulasi SKA dan perdagangan kwota Indonesia
itu adalah, sindikat internasional yang sekarang ini mulai
mempraktekkannya di Sri Langka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini