Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Bank Indonesia Yogyakarta memperkirakan permintaan uang kartal pada libur Natal dan Tahun Baru 2019 mencapai Rp 3,4 triliun. Padahal tahun lalu hanya mencapai Rp 1,6 triliun.
Baca juga: Menjelang Natal dan Tahun Baru, 6.092 Bus Tak Lulus Ramp Check
“Permintaan uang kartal perbankan di DIY untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru tercatat sebesar Rp 2,3 Triliun, atau meningkat sebesar 43 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Budi Hanoto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Yogyakarta, Rabu, 19 Desember 2018.
Terhitung 14 Desember 2018, realisasi terhadap proyeksi telah mencapai 39 persen dari jumlah proyeksi yang disampaikan perbankan.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan uang kartal di DIY pada periode Natal dan Tahun Baru 2019, Bank Indonesia DIY telah mempersiapkan uang kartal (baik kertas maupun logam) dalam jumlah yang cukup.
“Oleh karenanya masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan keterbatasan uang tunai selama periode tersebut,” kata dia.
Permintaan ini mendasarkan jumlah pengajuan dari kalangan perbankan yang ada di DIY. Mereka sudah mengestimasikan berapa kebutuhan uang kartal selama masa liburan ini. Baik yang disalurkan secara langsung maupun untuk mengisi kebutuhan uang melalui mesin ATM.
“Kita siapkan sesuai permintaan baik uang pecahan besar, kecil baik kertas ataupun logam,” kata dia.
Meningkatkan permintaan ini, kata Budi, tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi DIY yang terus meningkat. Pada 2016 lalu pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 5,6 persen dan naik di 2017 mencapai 5,9 persen. Pada 2018 ini diperkirakan mencapai 6,03 persen.
Tren pertumbuhan ekonomi seperti ini selalu berbanding lurus dengan kebutuhan uang kartal. Sehingga jumlah kebutuhan uang pun meningkat. Apalagi dalam kondisi inflasi, akan membawa dampak meningkatnya permintaan uang beredar.
“Liburan Natal tahun baru ini masih sampai awal Januari, dan bank sudah menghitung kebutuhan uang di ATM saat libur,” kata dia.
Ketua Tim Pengelolaan Uang Rupiah dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Yogyakarta, Hendarwan mengatakan pihaknya juga mencatat adanya pertumbuhan transaksi pembayaran non tunai. Sebab, masyarakat sudah semakin terbiasa dengan berbelanja secara online maupun jual beli dengan kartu debet ATM, transfer, e toll, maupun aplikasi lain.
Transaksi seperti ini ikut andil dalam menahan jumlah permintaan uang kartal. Namun, Bank Indonesia cukup sulit menghitung berapa tingkat pertumbuhan transaksi non tunai seperti penggunaan ATM dari nasabah di DIY yang belanja di luar daerah.
“Apakah itu termasuk transaksi non tunai DIY atau masuk di kota lain. Itu sudah menjadi tren di masyarakat,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita Natal dan Tahun Baru lainnya di Tempo.co
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini