Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Sejak empat tahun lalu sebagian besar nelayan di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang beralih mencari kerang hijau. Pasalnya, ikan di perairan sekitar kampung nelayan tersebut semakin menyusut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekitar 70 persen nelayan di wilayah kami kini beralih ke Kerang hijau," kata Ketua RW 16 Kelurahan Tanjung Mas, Slamat Riyadi, di sela diskusi tentang pencemaran logam berat aktivitas industri di Teluk Semarang pada Ahad, 5 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, kini kerang hijau tangkapan nelayan dari perairan Kota Semarang hanya laku di bawah harga pasaran. "Satu kilo sekitar Rp 3.000 sampai Rp 6.000. Kalau dari Kendal bisa sampai Rp 10.000," sebut dia.
Menurut Slamet, kerang hijau tangkapan nelayan Semarang juga tak diminati lantaran diduga tercemar. "Kami hanya bisa menjual dengan harga murah. Hotel dan restoran cenderung mengambil kerang dari Kendal ke barat," tuturnya.
Yayasan Amerta Air Indonesia bersama Wahana Lingkungan Hidup Jawa Tengah mencatat berdasarkan publikasi 18 penelitian sejak 2018 perairan Semarang tercemar logam berat. "Mengandung timbal, besi, seng, dan lainnya," sebut perwakilan Yayasan Amerta Air Indonesia, Syukron Salam.
Berdasarkan data yang mereka kumpulkan ada 48 industri di wilayah teluk Semarang berpotensi melakukan pencemaran. Termasuk di Pelabuhan Tanjung Emas yang terdapat kawasan industri di dalamnya.