Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Neraca Pembayaran Defisit USD 400 Juta Triwulan II, Bank Indonesia: Tetap Rendah

Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2021 mengalami defisit rendah sebesar US$ 400 juta.

20 Agustus 2021 | 14.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi atau logo Bank Indonesia (BI). TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2021 mengalami defisit rendah US$ 400 juta Defisit neraca pembayara ditopang defisit transaksi berjalan yang tetap rendah dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut.

"Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2021 tetap baik, sehingga mendukung ketahanan eksternal," kata Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 Agustus 2021.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2021 mencapai US$ 137,1 miliar. Nilai itu relatif sama dibandingkan posisi pada akhir Maret 2021. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.

Pada transaksi berjalan pada periode laporan, defisit tercatat sebesar US$ 2,2 miliar atau 0,8 persen dari produk domestik bruto. Nilai itu meningkat dibandingkan dengan defisit sebesar US$ 1,1 miliar atau 0,4 persen dari PDB pada triwulan sebelumnya.

"Defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2021 tetap rendah meski meningkat sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," kata Erwin.

Dia mengatakan perkembangan ini dipengaruhi peningkatan surplus neraca barang yang didukung kenaikan ekspor seiring peningkatan permintaan negara mitra dagang utama. Selain itu, harga komoditas dunia di tengah kenaikan impor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik ikut mempengaruhi.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi berupa dividen seiring perbaikan kinerja korporasi pada periode laporan.

"Defisit neraca jasa juga meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight impor barang," ujarnya.

Pada triwulan II 2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar US$ 1,9 miliar atau 0,7 persen dari PDB, melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,5 miliar atau 2,0 persen dari PDB.

"Transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2021 kembali mencatat surplus, ditopang oleh investasi langsung dan investasi portofolio," ujarnya.

Surplus tersebut ditopang oleh aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang meningkat menjadi sebesar US$ 5,3 miliar terutama dalam bentuk modal ekuitas sejalan dengan prospek perekonomian domestik yang membaik. Net inflows investasi portofolio tetap terjaga sebesar US$ 4,4 miliar, meski sedikit turun dari US$ 4,9 miliar pada triwulan sebelumnya sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Sementara itu, transaksi investasi lainnya mengalami peningkatan defisit antara lain disebabkan oleh kenaikan pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus