PASAR modal masih tetap lesu, tapi di luar dugaan masih ada saja perusahaan yang berminat menjadi pedagang saham. Jumat pekan lalu lahir lagi pelaku baru: PT Niaga Securities (NS), yang ternyata anak perusahaan Bank Niaga. Bank yang tergolong papan atas lni memiliki 99% saham NS, sisanya 1% dikuasai Julius Tahija, pemegang saham mayoritas Bank Niaga. Pada tahap awal, modal kerja NS Rp 5,5 milyar. Presiden Direktur Bank Niaga Robby Djohan membenarkan bahwa pasar masih lesu -- antara lain akibat suku bunga bank yang tinggi -- sehingga sulit untuk merangsang pemilik modall datang ke situ. Tapi, "Kami mampu meramaikan pasar lagi," katanya yakin. Caranya? NS akan mendorong investor asing untuk menanamkan modal di sini. Tekad itu agaknya bisa terwujud sebab NS telah menjalin kerja sama dengan Barclays de Zoete Wedd (Asia) Limited (BZW). Ini adalah anak perusahaan Barclays Bank dari Inggris yang memiliki jaringan di mancanegara. "Melihat perkembangan ekonomi Indonesia yang cukup baik, kami optimistis akan mampu merangsang investor asing ke sini," ujar Lord Camoys, Deputy Chairman BZW. Menurut Camoys, BZW telah setahun terakhir ini menanamkan sekitar US$ 4 milyar di bursa saham Muangthai. Tentang kualitas pasar di Indonesia diakuinya masih merupakan kendala. Selain suku bunga yang tinggi, PER di pasar internasional rata-rata cuma 7,5 kali, tapi di sini rata-rata 15 kali. Artinya, harga saham di Indonesia masih kemahalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini