EMAS dan Bank Internasional Indonesia (BII) belakangan ini bagaikan sejoli yang tak terpisahkan. Setelah berpromosi dengan yel "Hujan Emas di BII", bank swasta di bawah jaringan bisnis Eka Tjipta Widjaja ini merangkul para desainer perhiasan emas. Dari 14 s/d 17 Mei lalu, tiga kantor BII di Jakarta secara serempak menjadi ajang pameran bagi 18 desainer perhiasan yang untuk itu sama sekali tidak dipungut bayaran. Sebagian dari mereka adalah finalis lomba desain yang diadakan majalah Femina, sebagian yang lain bergabung dalam kelompok yang namanya sudah berkibar, seperti BIAS (Best Imaginative Splendour of Art), Prestasi Jewelery Manufacturing (PJM), Kaizzar Design, Suardana Silver, dan Yani's Gallery. Dua nama disebut terakhir adalah spesialis perhiasan perak. Dari pameran ini, para konsumen di Indonesia setidaknya melihat ada banyak pilihan, di samping perhiasan impor ( Bulgari, Trivari, ataupun Monet) yang selama ini mereka dambakan. Lebih dari itu, ternyata perhiasan rancangan Indonesia itu sudah banyak yang diekspor. Dirjen Industri Kecil Trisura Suhardi mengatakan, ekspor aksesori dari Indonesia mencapai US$ 70 juta setahun -- berarti 0,5% dari total ekspor perhiasan emas dunia yang mencapai US$ 4 milyar. Jika dilihat dari permintaan pasar, potensi kita tampaknya masih bisa dikembangkan lagi. Siapa tahu bisa menyaingi Muangthai, yang pada 1989 sudah mengekspor US$ 500 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini