Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bertahap Komersialkan Jalur Perintis

Para operator kapal feri berupaya mendorong rute perintis menjadi jalur komersial.

21 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah kapal perintis milik PT Pelni menurunkan sauh di Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku, 28 Juli 2021. ANTARA/FB Anggoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • ASDP menggenjot jumlah penumpang trayek perintis agar bisa naik status secara bertahap.

  • Sebanyak 70 persen dari 272 trayek penyeberangan ASDP tergolong dalam jalur perintis.

  • Operator penyeberangan swasta ikut mempromosikan pengembangan rute perintis.

JAKARTA – Operator kapal penyeberangan berupaya mendongkrak layanan di berbagai jalur pelayaran perintis agar dapat menjadi rute komersial. Direktur Keuangan, Teknologi Informasi, dan Manajemen Risiko PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Djunia Satriawan, optimistis bahwa jumlah penumpang trayek perintis di kawasan terpencil bisa ditingkatkan secara bertahap. “Jalur perintis justru menjadi potensi pasar baru bagi kami,” kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Djunia, jalur perintis sudah bisa dianggap komersial bila aktivitasnya telah menembus 51 persen dari standar volume yang ditetapkan pemerintah. Sebanyak 70 persen dari 272 trayek penyeberangan ASDP tergolong jalur perintis, termasuk yang disubsidi oleh Kementerian Perhubungan. Namun, kata dia, pendapatan perusahaan tetap mengandalkan jalur komersial. “Kami harus kreatif menciptakan pasar dari lintasan perintis.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Djunia tak menampik bahwa frekuensi dan penjadwalan kapal ASDP sedang dirombak sesuai dengan kebutuhan setiap rute. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 pun menjadi momen untuk menyesuaikan jumlah kapal yang akan dipakai, termasuk menghemat bahan bakar.

Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni (Persero), Yahya Kuncoro, mengatakan perusahaannya mengelola 45 trayek pelayaran perintis tahun ini. Sesuai dengan kontrak subsidi dengan Kementerian Perhubungan, kapal perintis Pelni menyinggahi 285 pelabuhan dan menempuh 3.811 ruas laut. “Pengembangan jalur itu kewenangan pemerintah. Pelni mengajak seluruh pihak untuk mengoptimalkan potensinya,” ucap Yahya, kemarin.

Truk keluar dari buritan kapal fery sesaat tiba dari Lampung di Pelabuhan Merak, Banten. ANTARA/Asep Fathulrahman

Yahya mengatakan penjualan tiket jalur perintis sudah dilayani dengan sistem digital, termasuk dengan aplikasi di telepon seluler. Pada Oktober tahun lalu, kapal Pelni masih bisa melayani 70-80 pelayaran (voyage) dalam sebulan dari pelabuhan pangkal ke titik penugasan. Berdasarkan data yang dihimpun Tempo saat itu, angkutan kargo perintis Pelni pada Januari-September 2020 mencapai 31 ribu ton per meter kubik.

Sebelum munculnya skenario realokasi anggaran, Kementerian Perhubungan menaikkan alokasi dana untuk angkutan perintis dari Rp 2,78 triliun pada 2020 menjadi Rp 3,25 triliun tahun ini. Rute perintis laut mendapat alokasi terbesar, yaitu Rp 1,78 triliun, sementara angkutan perintis moda angkutan lain Rp 100-600 miliar.  

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap), Khoiri Soetomo, memastikan operator penyeberangan swasta ikut mempromosikan pengembangan rute perintis. Dia menyebutkan sejumlah anggota Gapasdap melayari trayek terpencil yang lalu lintasnya cenderung minim. “Tapi marketing terus berjalan agar pasarnya tumbuh. Istilahnya ship promote the trade,” ucap dia.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, mengatakan pemerintah selalu meninjau rute bersubsidi yang siap dilepas ke pasar pelayaran. Trayek Pelabuhan Ajibata-Pelabuhan Ambarita di Danau Toba, Sumatera Utara, merupakan salah satu bekas rute perintis yang berhasil dikembangkan ke level komersial. “Banyak pemerintah daerah yang mengusulkan rute perintis untuk disubsidi agar bisa dikembangkan.”  

Anggota Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, menyarankan pemerintah dan ASDP lebih serius menggarap layanan perintis, khususnya dari segi penjadwalan. Layanan subsidi di rute kecil sebenarnya diminati para penyedia logistik karena patokan harga yang lebih rendah daripada jasa kapal komersial. “Walau level servisnya tak begitu bagus, bisa dipakai untuk pengiriman yang tidak butuh waktu cepat,” kata dia.

YOHANES PASKALIS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus