Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Kementerian Pertanian mengarahkan calon investor yang tertarik membangun pabrik gula ke wilayah di luar Pulau Jawa. Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian, Hendratmojo Bagus Hudoro, menyatakan lahan di Jawa mulai terbatas. “Nanti akan menimbulkan kompetisi yang tidak sehat kalau dipaksakan di Jawa, karena bahan baku juga terbatas,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Kementerian menargetkan akan menjaring 15 investor untuk membangun pabrik gula dalam periode 2020-2024. Investasi ini diharapkan dapat menambah luas area perkebunan tebu sebanyak 180 ribu hektare. Lahan seluas itu bisa memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang selama ini dipenuhi sebagiannya oleh impor.
Bagus mengklaim minat untuk investasi di pabrik gula cukup tinggi, namun tidak di luar Jawa. Meski memiliki lahan luas, dia menyatakan, minimnya tenaga kerja menjadi kendala. Sementara itu, penggunaan mesin membutuhkan modal lebih besar. Selain itu, banyak investor melirik Jawa lantaran memiliki akses distribusi yang baik.
Selagi menunggu datangnya investor, Kementerian berfokus meningkatkan produksi gula dengan intensifikasi melalui pemupukan, perawatan, dan pemeliharaan. Untuk jangka panjang, pemerintah mendorong petani mengganti tanaman yang sudah berusia tua. “Namun ini butuh waktu karena mengganti tebu baru membutuhkan waktu sampai bisa dipanen kembali, pengaruh ke investasi juga,” tutur dia.
Upaya lainnya adalah perluasan kawasan perkebunan tebu dengan memanfaatkan lahan-lahan berstatus hak guna usaha serta lahan milik Perum Perhutani. Meskipun, menurut Bagus, strategi ini tidak bisa cepat diterapkan lantaran perlunya mengurus izin pelepasan kawasan dan pemanfaatan lahan.
Strategi tersebut menjadi pilihan Holding Perkebunan Nusantara untuk meningkatkan produktivitasnya. Perseroan akan memperluas area tanaman tebu dari sekitar 56 ribu hektare menjadi 80 ribu hektare. Perluasan tersebut dilakukan di area perusahaan di luar Jawa. “Kami akan mengkonversi lahan karet milik anak perusahaan,” kata Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, Muhamad Abdul Ghani.
Perusahaan juga akan bekerja sama dengan Perum Perhutani untuk memanfaatkan lahannya. Selain itu, PTPN akan mengajak petani yang selama ini telah bekerja sama menambah luas lahannya untuk menanam tebu.
Ghani mengatakan perusahaan juga mulai melakukan mekanisasi pertanian, dari pembuatan desain lapangan tanam hingga panen. Cara ini terutama dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja. Menurut dia, PTPN II telah mulai menerapkan mekanisasi dalam operasinya.
Holding PTPN tahun ini menargetkan produksi gula konsumsi sebanyak 1 juta ton. Produksi berasal dari anak-anak perusahaannya serta hasil petani mitra yang mengelola lahan seluas 168 ribu hektare. “Dengan rendemen sekitar 8 persen, kami akan mampu mencapai target itu,” kata dia.
Anggota Kelompok Kerja Dewan Ketahanan Pangan, Khudori, menyatakan selain perluasan lahan, pabrik-pabrik gula pelat merah pun perlu memikirkan strategi agar lebih efisien. Selain masalah lahan, saat ini mayoritas fasilitas pabrik gula BUMN sudah tua sehingga rendemen tak bertambah. Namun, melihat kondisi keuangan perusahaan-perusahaan BUMN tersebut, dia menilai realisasi menuju pabrik efisien masih panjang. “Perubahan ini membutuhkan dana yang besar,” kata dia.
VINDRY FLORENTIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo