Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) menyatakan pagar laut di perairan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten bukan cara paling efektif untuk memitigasi bencana dan mencegah abrasi. Jaringan Rakyat Pantura (JRP) sebelumnya mengklaim membangun pagar laut sepanjang 30,16 kilometer itu dengan kedua tujuan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Rasa-rasanya ada cara lain yang lebih efektif kalau kita mau bicara mitigasi atau adaptasi perubahan iklim," kata Andreas Aditya Salim, Direktur Program di IOJI, melalui sambungan telepon pada Senin, 13 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Andreas, ada beberapa cara yang lebih lazim untuk memitigasi bencana di pesisir. Salah satunya adalah melalui penanaman dan pelestarian hutan bakau.
Dia menilai cara tersebut akan lebih efektif jika pihak yang membangun pagar laut memang memiliki tujuan mitigasi bencana. "Dibanding menggunakan pagar bambu seperti itu, kalau pendapat saya seperti itu," ucap Andreas.
JRP sebelumnya mengklaim pagar laut dari bilah-bilah bambu di perairan Kabupaten Tangerang dibangun dari hasil swadaya masyarakat pesisir. JRP mengklaim upaya tersebut merupakan cara warga sekitar menghadapi potensi bencana dan abrasi.
Andreas menyampaikan tugas mitigasi bencana atau perubahan iklim memang merupakan tugas pemerintah dan masyarakat. Namun, peran pemerintah seharusnya lebih dominan dalam upaya tersebut meski masyarakat juga tetap harus berperan. "Karena pemerintah lebih punya kekuatan dan kemampuan untuk mengontrol, mengatur, dan menegakkan hukum," ujar Andreas.
Polemik tentang pagar laut bambu sepanjang 30 kilometer lebih di perairan wilayah Kabupaten Tangerang, Banten, berlanjut. Pemerintah seolah baru tanggap setelah terucuk bambu itu viral meskipun sudah menjadi penghalang nelayan mencari ikan selama berbulan-bulan.
Setelah pemerintah menyatakan akan mencari pihak yang melakukan pemagaran laut tanpa hak, tiba-tiba muncul Jaringan Rakyat Pantura mengklaim sebagai pembuat pagar laut dengan alasan sebagai mitigasi dan tsunami.
Koordinator JRP, Sandi Martapraja di Tangerang, Sabtu, 11 Januari 2025, mengatakan jika pagar laut yang bikin heboh di publik adalah tanggul yang dibangun oleh masyarakat setempat secara swadaya.
"Pagar laut yang membentang di pesisir utara Kabupaten Tangerang ini sengaja dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Ini dilakukan untuk mencegah abrasi," katanya seperti dikutip Antara.
Tidak dijelaskan berapa dana yang dikeluarkan untuk pagar laut yang menghabiskan ribuan bambu tersebut.
Pilihan Editor: KKP Cari Pembuat Pagar Laut Ilegal di Tangerang