Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dikeluhkan Nelayan, Pagar Laut di Tarumajaya Bekasi Ternyata Proyek Pelabuhan Perikanan

Tidak misterius seperti di Tangerang, pagar laut di Tarumajaya Bekasi diakui sebagai proyek Pangkalan Pendaratan Ikan. Tapi dikeluhkan nelayan.

15 Januari 2025 | 02.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pagar laut yang ada di Tarumajaya, Bekasi, 14 Januari 2025 (kiri) dan pagar laut di Kabupaten Tangerang. TEMPO/Adi Warsono/Antara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjelaskan bahwa pagar laut yang dibangun di perairan Desa Segara Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari penataan alur pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paljaya yang sedang dibangun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Muara Ciasem Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Barat Ahman Kurniawan, mengatakan pembangunan pagar laut di Tarumajaya, Bekasi ini merupakan hasil kerja sama antara Pemprov Jawa Barat dengan PT Tunas Ruang Pelabuhan Nusantara (TRPN) sejak Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi nanti kita di daratnya kita akan bangun PPI-nya sehingga nanti nelayan akan terpusat untuk melakukan pelelangan ikan di PPI Paljaya,” kata Ahman, Selasa, 14 Januari 2025.

Ahman mengatakan, pagar laut yang berfungsi sebagai penataan alur itu menjadi sangat penting karena untuk memudahkan keluar masuknya nelayan dari laut lepas menuju Pangkalan Pendaratan untuk melakukan bongkar muat hasil tangkapan ikannya.

Alur yang akan dibangun di kawasan tersebut panjangnya sekitar 5 kilometer dengan luas kurang lebih 50 hektare. Pembuatan alur ini dikerjakan oleh dua perusahaan yakni PT TRPN di sebelah kiri pelabuhan, sementara di sebelah kanan dikerjakan oleh PT Mega Agung Nusantara.

“Nah dengan adanya kesepakatan ini maka masing-masing kepentingan bisa berjalan. Kami dari DKP Jabar memiliki visi untuk penataan kawasan pelabuhannya. Sementara dari pihak swasta pengembang atau investor dengan tujuan bisnisnya bisa berjalan berdampingan,” jelasnya.

Selain pembuatan alur, dalam penataan ulang PPI Paljaya ada tiga fasilitas yang harus dipenuhi, di antaranya fasilitas pokok seperti alur pelabuhan, dermaga, dan mercusuar. Kedua, fasilitas penunjang seperti perkantoran, dan ketiga, fasilitas umum seperti kamar mandi dan masjid.

Dalam kesempatan ini, Ahman pun menegaskan bahwa pagar bambu yang terbentang di wilayah perairan Tarumajaya legal. Sehingga tidak bisa disebut pagar laut misterius. Ia merujuk soal pagar laut di perairan Tangerang yang tak jelas siapa yang membangun. 

"Di sini memang jelas pemiliknya, tidak misterius. Ini DKP Jabar kerja sama dengan perusahaan ini, MAN, dan semuanya punya legalitas masing-masing," katanya.

Kendati pagar laut di Tarumajaya Bekasi ini tidak misterius dan diklaim legal, serta untuk Pangkalan Pendaratan Ikan, sejumlah nelayan di sekitar lokasi pembangunan pagar laut mengeluh.

Salah seorang nelayan sekitar Mitun, 28 tahun, pemerintah setempat tidak pernah melakukan sosialisasi terhadap pembangunan pagar bambu tersebut. “Enggak ada (sosialisasi), pagar itu tiba-tiba langsung ada patok begitu. Makanya kita bingung ini asal usulnya dari siapa gitu,” ujar Mitun kepada wartawan di lokasi, Selasa, 14 Januari 2025.

Ia mengatakan, aktivitas masyarakat sekitar sangat terganggu dengan adanya pagar laut tersebut. Terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Sebab, sejak pagar bambu itu berdiri ia dan ratusan nelayan lainnya jadi kesusahan dalam mencari ikan. 

Selain jarak untuk ke tengah laut tempat nelayan mencari ikan menjadi lebih jauh. Para nelayan juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya bahan bakar perahu mereka.

“Terganggu banget, tadinya jalannya ke sana lurus, sekarang jalannya muter jauh banget. Ya kan ketutup sama pagar itu,” tuturnya.

Mitun akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi nelayan. Ia kini beralih profesi sebagai pengantar wisatawan yang ingin berwisata ke Sungai Jengkem.

“Ya mau gimana lagi cari ikannya kan susah, ketutup sama patok-patok itu. ya sudah lah, kita berhenti aja dah. Mending kita nyari pengunjung aja ke Sungai Jengkem, wisata gitu,” ujarnya.

Mitun mengatakan, ia dan sejumlah masyarakat sekitar hanyalah rakyat kecil yang tidak mampu berbuat banyak dengan adanya pembangunan pagar bambu tersebut. Namun, ia berharap ke depannya pagar bambu tersebut bisa dilepas kembali agar aktivitas nelayan bisa kembali normal.

“Kalau harapan kita maunya ya kayak dulu lagi aja. Supaya jangan ada yang ngalangin nelayan. Supaya nelayan enak cari ikannya. Jangan ada patok-patok begitu,” katanya.



Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus