SISTEM dongkrak saham dengan cara borongan oleh orang dalam sudah berlalu. Yang kini menjadi mode di Bursa Efek Jakarta ialah sistem devaluasi atau memecah harga saham dengan pengeluaran saham bonus. Setelah dipecah, saham menjadi lebih banyak, harga turun, kemudian ramai diperdagangkan, dan bisa diharapkan harga naik. Itu sudah terlihat pada kasus saham-saham Bank Bali dan Lippo Bank. Mereka membagi saham bonus, dengan demikian saham akan mengalami devaluasi, tapi harganya terbukti naik. Saham Lippo Bank, misalnya, semula berharga sekitar Rp 6.900, setelah dipecah tiga (karena setiap saham mendapatkan dua saham baru), nilainya ternyata menjadi Rp 2.550 per lembar. Panin Bank, sebagai bank pertama yang go public, baru tergugah melakukan kiat itu pada akhir Agustus silam. Manajemen Panin berniat menurunkan harga sahamnya menjadi sekitar Rp 2.500, seperti saham Bank Duta yang laris diperdagangkan. Jumlah saham Panin Bank memang kurang aktif diperdagangkan di bursa. Selain jumlahnya sedikit, harganya juga relatif tinggi (sekitar Rp 7.000 per lembar). Tak heran bila Direktu~ Treasury Panin, Johnny N. Wiraatmadja, menyatakan akan memperbanyak saham di bursa sekaligus menurunkan harga. Untuk itu, Panin hendak mengeluarkan empat lembar saham bonus untuk setiap lembar saham lama. Dengan demikian, jumlah saham Panin Bank. yang sekarang tercatat 8,7 juta lembar, akan menjadi sekitar 43,5 juta lembar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini