Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Pendidikan Anak Usia Dini di Tengah Gempuran Media Sosial

CEO Alkindi Eduprise Melinda Nurimannisa mengungkapkan tantangan bisnis PAUD, di antaranya gempuran video pendek media sosial.

15 Desember 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gempuran video pendek di media sosial menjadi tantangan dalam membangun bisnis pendidikan anak usia dini.

  • Alkindi Eduprise melepas dan menjual lini penitipan anak dan prasekolah yang berdiri sejak 2013.

  • Bisnis prasekolah makin besar, namun persaingan kian ketat.

PENDIDIKAN anak usia dini atau PAUD yang berkualitas masih menjadi masalah besar di Indonesia. Namun tantangan tersebut tidak membuat Chief Executive Officer Alkindi Eduprise Melinda Nurimannisa menyerah dalam membangun bisnis di bidang pendidikan anak usia dini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis pada 2 Desember 2024, angka partisipasi kasar (APK) anak yang mengikuti PAUD dalam lima tahun terakhir masih stagnan di angka 36 persen. Masih jauh dari target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu 97 persen. 

Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi Melinda untuk mengembangkan Alkindi. Dia membangun layanan belajar online untuk anak usia dini "Alkindi Online Preschool" sejak 2013. Kini Alkindi Online Preschool telah menyentuh 10 ribu siswa yang tersebar di 236 kota di Indonesia dan 22 negara di dunia.

Selama 13 tahun berdiri, Melinda mengungkapkan tantangan dalam membangun bisnis pendidikan anak usia dini agar terus berkembang. Di antaranya gempuran video pendek di media sosial yang makin menurunkan minat belajar anak.

Tantangan ini mendorong wanita 32 tahun tersebut berinovasi dengan menyediakan aneka program pembelajaran untuk ibu dan anak. Alkindi juga menerbitkan buku, aneka mainan edukatif, hingga aplikasi digital yang memberdayakan ibu dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak usia dini. Berikut wawancara Tempo dengan Melinda pada 13 Desember 2024.

Melinda Nurimannisa (keempat kanan) bersama tim Alkindi Eduprise. Dok. Alkindi Eduprise

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa yang menginspirasi Anda untuk mendirikan Alkindi dan mengapa memilih berfokus pada bisnis pendidikan anak?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya berpandangan bahwa peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini di Indonesia sangat penting. Namun partisipasi dalam pendidikan di jenjang ini masih rendah. Di samping itu, pendidikan berkualitas harus dimulai dari institusi terkecil sebuah negara, yakni keluarga melalui peran ibu. Namun sayangnya, mendidik anak sering kali membingungkan karena tak disertai dengan buku panduan. Maka, dengan berbagai produk dan jasa edukasi untuk anak usia dini, kami ingin menjadikan peran orang tua yang memang menantang, bisa menjadi lebih mudah dan menyenangkan, serta mampu memaksimalkan semua potensi yang seorang anak miliki, baik fisik, akal, maupun hatinya.

Seperti apa konsep Alkindi Online Preschool? Bagaimana cara Anda memastikan kualitas layanan tetap optimal meskipun dilakukan secara daring?

Program kami adalah mengusung konsep satu rumah satu guru, dengan ibu adalah gurunya. Jadi, meskipun tajuknya adalah "Online Preschool", pelaksanaan pembelajaran tetap dilakukan secara offline bersama dengan para ibunda di rumah masing-masing. Adapun fungsi Alkindi adalah sebagai support system, memberikan dukungan positif kepada ibunda untuk bisa maksimal menstimulasi anaknya. Sebagai sistem dan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan, kami menggunakan LMS berbasis web untuk melaporkan dan melakukan refleksi atas kegiatan yang dilakukan, dengan adanya satu wali kelas yang memantau proses dan progres setiap 50 ibu di satu kelas.

Bagaimana Anda memulai bisnis di bidang pendidikan anak usia dini?

Pada 2019-2020, saya mulai dengan lini produk buku anak yang masih dalam tahap perkembangan. Lalu Alkindi mendirikan daycare. Namun, setelah empat tahun berjalan, harus dilepas karena saya ke negara lain untuk sekolah. Dengan modal yang terbatas, hanya menyisakan kas sekitar Rp 3,5 juta, Alkindi mulai lagi dari nol. Pada akhir 2020, kami mulai meluncurkan program Alkindi online preschool. Ternyata program ini sukses karena adanya permintaan tinggi selama masa pandemi hingga berhasil mencapai pendapatan Rp 100 juta pertama.

Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi dalam mengelola bisnis pendidikan anak?

Bergerak di bisnis pendidikan anak memang sering kali merasa seperti melawan arus budaya populer. Sehingga tantangannya perlu banyak kreativitas dan inovasi untuk mampu bertahan serta bertumbuh di industri ini. Merujuk pada data UNESCO, hanya 1 dari 1.000 orang yang suka membaca. Maka bisnis edukasi di Indonesia memang tidak semulus bisnis lain. Minat baca masyarakat yang rendah tentu menjadi tantangan besar bagi kami yang ingin mengajak masyarakat membaca, belajar, berpikir, membangun kebiasaan positif, mengurangi penggunaan gadget pada anak, dan konsisten belajar serta melakukan transformasi signifikan dalam kehidupannya. Belum lagi dengan tren yang makin bergeser, seperti maraknya video pendek di media sosial, menjadikan keinginan, minat, serta ketangguhan belajar dan membaca masyarakat makin turun.

Bagaimana solusi yang ditawarkan Alkindi Eduprise untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini?

Alkindi menyediakan aneka program dan media pembelajaran untuk ibu dan anak. Mulai dari program Alkindi Online Preschool untuk anak usia 2,5-5 tahun, program belajar Membaca CITACA yang menggunakan metode belajar membaca ala Belanda, hingga sekolah bagi ibu. Program "Ibuku Guruku" untuk membekali para ibu agar mampu menjadi guru profesional bagi anak tercinta. Alkindi juga menerbitkan berbagai buku anak, seperti Quranpedia, Pasukan Al Quran, Petualangan Kindi Ke Negeri Cahaya, El Belajar Marah, Superhafidz, dan aneka workbook serta mainan edukatif untuk anak. Tidak hanya itu, brand Alkindi di bawah naungan Alkindi Eduprise juga memiliki lini media kreatif, yakni channel AlkindiTV di YouTube, dan aplikasi digital, yakni "Brilliant Mom Apps" yang tersedia di Playstore dan Apple Store, yang merupakan aplikasi gamifikasi untuk memberdayakan ibu dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak usia dini.  

Apa keputusan tersulit yang pernah Anda buat sebagai CEO dan apa dampaknya terhadap Alkindi?

Keputusan tersulit adalah ketika Alkindi harus melepas dan menjual lini daycare dan preschool offline-nya, yang berdiri sejak 2013 hingga 2019. Keputusan ini diambil karena saya dan keluarga harus pindah ke Belanda selama empat tahun untuk melanjutkan studi. Sehingga, pada pertengahan 2019, Alkindi hanya bergerak di industri penerbitan, dengan memproduksi dan menerbitkan beberapa buku anak.

Namun justru menjadi berkah ketika terjadi pandemi pada 2020. Modul yang sudah kami buat enam tahun sebelumnya bisa menjadi acuan utama dalam membangun Alkindi Online Preschool. Pada 2021, pendapatan kami berkembang pesat, tumbuh sepuluh kali lipat karena industri buku anak yang sedang berkembang dan kebutuhan akan pendidikan daring yang meningkat selama masa pandemi. Pada 2022 dan 2023, pendapatan terus meningkat meskipun dengan laju yang lebih lambat.

Bagaimana proyeksi bisnis pendidikan usia dini pada 2025? 

Kalau melihat tren, sebetulnya peluangnya makin besar karena masyarakat perlahan makin sadar dengan pentingnya stimulasi dan pendidikan anak usia dini. Namun, karena banyak yang melihat peluang ini, memang persaingan menjadi makin ketat. Kami yang awalnya bisa dikatakan termasuk pionir pertama untuk online preschool dan buku anak atau blue ocean jadi sangat red ocean. Kemudian terjadi perang harga yang cukup tidak sehat, menurut saya, terutama untuk kategori buku anak. Namun untuk online preschool dan layanan program yang sejenis juga makin banyak. Kami optimistis Alkindi masih menjadi market leader dan brand top of mind untuk kategori layanan sejenis.

Melinda Nurimannisa

Apa buku atau film anak favorit Anda saat kecil, dan apakah itu memengaruhi Anda dalam membangun Alkindi?

Mungkin Majalah Bobo dan Doraemon. Sepertinya ada (pengaruh dalam membangun Alkindi) karena dari Bobo saya belajar banyak mengenai imajinasi, keindahan cerita, kebahagiaan membaca, serta banyak inspirasi cerita dan kisah mulia dari cerpen-cerpen Bobo. Sedangkan Doraemon sangat menginspirasi saya untuk bisa memiliki legacy yang tetap bisa bermanfaat dan dinikmati banyak orang dari masa ke masa, bahkan setelah sang penciptanya tiada. Karakter dan kisahnya yang lucu, penuh imajinasi, serta solusi kreatif untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan banyak menginspirasi diri saya pada hari ini. 

Apa pelajaran hidup terbaik yang pernah Anda pelajari dari seorang anak?

Saya belajar melepaskan, belajar menundukkan ego demi kebaikan yang lebih besar. Saya belajar memahami, mendengarkan, dan melihat dari sudut pandang yang lain. Anak-anak juga mengajarkan saya makna ikhlas yang sesungguhnya, yaitu berbuat tanpa mengharapkan apa pun sebagai balasan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus