Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kementerian Perhubungan masih menggenjot sosialisasi pemakaian sejumlah proyek strategis bidang perhubungan yang rampung dibangun. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan infrastruktur besar, seperti kereta rel ringan (light rail transit/LRT), membutuhkan waktu untuk mengejar target penumpang. "Ini pertama kali di Indonesia, tak mungkin langsung penuh. Kami kan menata sebelum macet," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lemahnya efisiensi sejumlah proyek besar pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo sempat diungkit calon presiden Prabowo Subianto dalam debat kandidat presiden, Ahad lalu. Tak hanya soal LRT yang sudah beroperasi di Sumatera Selatan, Prabowo pun menganggap Bandar Udara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat, sebagai infrastruktur tanpa studi kelayakan yang baik. Dua megaproyek yang masuk daftar proyek strategis nasional itu pun dituding hanya akan menjadi monumen pemerintah tanpa pemanfaatan secara maksimal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi Karya menyatakan pemerintah masih membangun kesadaran masyarakat untuk beralih moda transportasi. Efisiensi berbagai infrastruktur penting, menurut dia, akan terus membaik hingga 5-10 tahun mendatang. "Pembangunan itu proses. Jangan bertumpu pada masa Kabinet Kerja ini saja," tuturnya. "Singapura saja butuh 20 tahun mereformasi angkutan dari kendaraan darat ke LRT dan mass rapid transit (MRT)."
Untuk menggenjot penumpang, operator LRT, PT Kereta Api Indonesia (Persero), mengupayakan akses penunjang. Vice President Corporate Communication KAI, Agus Komarudin, mengatakan perseroan akan berkolaborasi dengan sejumlah operator bus untuk menjemput calon penumpang. Cara ini mendukung upaya sosialisasi LRT ke berbagai jenis konsumen.
"Sehingga ada integrasi antarmoda. Akses dipermudah agar penumpang dekat dengan berbagai stasiun LRT," kata dia kepada Tempo.
Saat ini, kata Agus, KAI mengelola delapan rangkaian kereta LRT di Sumatera Selatan. Namun baru lima set yang dioperasikan dengan frekuensi 52 perjalanan setiap hari. "Kami masih optimalkan ini," ucapnya.
General Manager Corporate Secretary PT Industri Kereta Api (INKA), I Ketut Astika, memastikan LRT sudah menjalani studi kelayakan. INKA merupakan produsen kereta LRT. "Semua tergantung studi. Ada saja transportasi publik yang disiapkan sebelum kota macet. Jadi, setelah ada, baru penumpangnya bertumbuh," ujarnya.
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan minimnya penumpang LRT sudah diprediksi sejak lama. "Belum ada angkutan lanjutan atau pengumpan. Trotoar juga belum terbangun semua jalurnya," tuturnya.
Saat ini, menurut dia, pengguna LRT hanya sekitar 3.000-4.000 orang per hari, jauh dari target awal LRT, yaitu 30 ribu penumpang. Saat akhir pekan pun, volumenya hanya meningkat hingga 6.000-8.000 orang. "Setelah Asian Games, jumlah penumpang menurun drastis. Jadi, seperti kereta wisata yang dioperasikan pada hari libur atau akhir pekan," katanya.
Minimnya akses penunjang pun diakui General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Kertajati, Ibut Astono. "Namun kami yakin penumpang akan bertambah saat ada jalan penunjang bandara. Khusus Kertajati, akan sangat terbantu oleh jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan," tuturnya, kemarin. YOHANES PASKALIS PAE DALE | CAESAR AKBAR
Proyek Prioritas
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo