Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia berencana untuk membatasi pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar yang disubsidi. Perubahan ini akan diimplementasikan melalui revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, setelah revisi selesai, hanya kendaraan tertentu yang diperbolehkan menggunakan BBM bersubsidi. Tujuannya adalah untuk mencegah penyalahgunaan subsidi oleh masyarakat yang mampu. Revisi Perpres 191 Tahun 2014 diharapkan selesai dalam waktu dekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Nanti akan ada kategori kendaraan kelas mana yang boleh menggunakan solar atau pertalite, umumnya diperuntukkan bagi kendaraan yang mengangkut bahan pangan, bahan pokok, atau angkutan umum,” kata Arifin.
Sebelumnya, kebijakan pembatasan BBM bersubsidi pernah dicoba dengan alat deteksi RFID pada 2014 dan aplikasi MyPertamina pada Juli 2022, tetapi kedua kebijakan tersebut akhirnya dibatalkan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, keputusan menghapus Pertalite bertujuan untuk memenuhi aturan standar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menetapkan batas minimal oktan number yang boleh dijual di Indonesia adalah 91. “Karena aturan KLHK itu menyatakan oktan number yang boleh dijual di Indonesia itu minimal 91," katanya.
Pertalite telah menjadi BBM yang paling diminati sejak 2021, dengan konsumsi mencapai 23 juta kiloliter (KL) pada tahun tersebut. Persentase penggunaannya sekitar 79 persen dibandingkan dengan Pertamax, Pertamax Turbo, dan Premium, menurut data Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Kandungan Pertalite
Direktur Pemasaran Pertamina saat itu, Ahmad Bambang, mengatakan bahwa Pertalite memiliki emisi karbon yang lebih ramah lingkungan. Pernyataan ini disampaikan oleh Bambang pada 24 Juni 2015.
Dia pun menjelaskan bahwa pembuatan Pertalite menggunakan tiga komponen utama, yaitu HOMC, nafta, dan zat ecosave. Karena menggunakan bahan baku yang sama dengan Pertamax, Pertalite memiliki tingkat oktan yang tinggi.
Menurut Bambang, keunggulan ini membuat kendaraan berperforma lebih baik karena proses pembakarannya lebih sempurna.
Hal ini dapat membersihkan mesin dan meningkatkan daya tahan mesin kendaraan. "Kendaraan akan lebih baik karena pembakarannya lebih sempurna dan membersihkan mesin, sehingga lebih awet," kata Bambang
Zat ecosave yang digunakan dalam Pertalite merupakan formula aditif buatan Pertamina. Formula ini mengandung beberapa komponen, seperti detergency untuk membersihkan bagian dalam mesin, corrosion inhibitor sebagai pelindung dari karat, dan demulsifier untuk menjaga kemurnian bahan bakar. Zat aditif ini memiliki potensi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar sekitar 2-3 persen, tergantung pada kondisi penggunaan.
ANANDA BINTANG I RINI KUSTIANI