Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyarankan agar pemerintah segera menciptakan lapangan kerja baru untuk para korban pemutusan hubungan kerja (PHK), khususnya dari perusahaan teknologi digital. Ia menilai tenaga kerja di bidang startup digital tak boleh menganggur terlalu lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hal ini untuk menghindari hysteresis atau pelemahan keahlian. Karena korban PHK digital yang notabene adalah high-skilled worker (keahlian tinggi)," ujar Bhima, Senin, 21 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terlebih Indonesia diperkirakan masih kekurangan 9 juta tenaga kerja di ekosistem digital. Ia pun menyarankan agar para tenaga kerja digital korban PHK diserap oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan turunannya.
Penyebab persaingan tidak sehat
Selain itu, menurut dia, pemerintah harus mulai mengatur model bisnis perusahaan digital, seperti e-commerce dan ride-hailing. Pasalnya, kedua industri itu hingga kini masih sering melakukan promo dan diskon secara besar-besaran untuk mempertahankan pangsa pasar.
Padahal strategi itu membuat persaingan usaha di sektor digital menjadi kurang sehat. "Konsumen baru mungkin akan tergoda promo. Tapi untuk terus menerus lakukan promo, sebenarnya itu suicide mission bagi startup," ucapnya.
Sebab, saat ini perusahaan-perusahaan tersebut mayoritas hanya berorientasi pada valuasi. Sehingga ketika pendanaan modal berkurang, maka promo dan diskon itu bisa menjadi jebakan keuangan bagi perusahaan. Karena itu, ia menilai pemerintah seharusnya membuat regulasi yang bisa mendorong perlombaan fitur sesuai kebutuhan konsumen.
Selanjutnya: Fenomena pemangkasan jumlah karyawan ...
Adapun fenomena pemangkasan jumlah karyawan secara besar-besaran yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan teknologi digital, menurut Bhima, terjadi karena berbagai faktor. Di antaranya tekanan makro-ekonomi yang cukup berat paska pandemi, mulai dari kenaikan inflasi, tren penyesuaian suku bunga, pelemahan daya beli, risiko geopolitik dan model bisnis yang berubah secara signifikan.
Gelombang PHK masih besar
Bhima memperkirakan gelombang PHK akan terus terjadi di berbagai perusahaan layanan digital lainnya. Mulai dari layanan keuangan (fintech), pendidikan (edutech), hingga kesehatan (healthtech). Hal itu karena adanya ancaman resesi global tahun depan yang membuat persaingan pencarian dana dari investor semakin ketat.
"Founder maupun CEO perusahaan digital harus bersiap menghadapi tekanan yang lebih besar," tuturnya.
Seperti diketahui, akhir pekan lalu terjadi PHK massal di dua perusahaan digital asal Indonesia, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia dan PT PT Ruang Raya Indonesia atau Ruangguru. Alasan kedua perusahaan itu adalah kondisi keuangan yang terus menurun akibat dampak ekonomi global saat ini.
GoTo dan Ruangguru menambah jajaran perusahaan yang melakukan PHK tahun ini. Sebelumnya Shopee Indonesia, Zenius, Tokocrypto, dan TaniHub juga telah merumahkan sejumlah karyawannya. Bahkan perusahaan internasional seperti Microsoft, Google, Meta, dan Twitter juga mengambil langkah yang sama.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini