Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah akan menggenjot industri halal dalam pengembangan perekonomian dan keuangan syariah. “Salah satu produk unggulannya adalah makanan, di luar industri halal, industri manufaktur terkuatnya adalah pengelolaan makanan-minuman,” ujar dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan pengembangan sektor riil merupakan salah satu amanat yang tercantum dalam masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (AKSI). Selama ini, industri halal Indonesia masih sebagai nett importer. Padahal Indonesia memiliki pasar domestik yang luas dan berpotensi menjadi bagian dari global hub perekonomian dan keuangan syariah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sektor keuangan di dunia, kata Bambang, baik konvensional maupun syariah, tidak akan bisa bergerak cepat kalau tidak didukung sektor riil yang dinamis. “Justru sektor keuangan syariah akan berkembang pesat kalau ekosistem di sektor riil, terutama di industri halalnya, juga berkembang,” ujar dia.
Pemerintah telah membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) melalui Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2016. Komite ini dipimpin langsung oleh Presiden dan Wakil Presiden RI. Adapun Kepala Bappenas berperan sebagai Sekretaris Dewan Pengarah KNKS. Bambang mengatakan KNKS akan segera menjalankan masterplan pengembangan industri halal.
Direktur Eksekutif KNKS, Ventje Rahardjo Soedigno, menyatakan pihaknya akan segera menyusun prioritas dari masterplan AKSI. Menurut dia, ekspor produk halal Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,2 persen pada 2017 dari tahun sebelumnya yang sekitar US$ 29,7 miliar. “Masih banyak hal yang perlu dikerjakan. Langkah konkretnya akan kami rumuskan dalam waktu dekat ini,” ujar dia.
Pengamat ekonomi syariah dari Institut Pertanian Bogor, Irfan Syauqi Beik, mengatakan Indonesia berpotensi mengembangkan industri makanan dan minuman halal dan pariwisata halal. Secara global, permintaan pada sektor ini dinilai cukup tinggi. Dia menuturkan industri makanan dan minuman halal secara global tumbuh sekitar 12–15 persen dengan volume total lebih dari US$ 1,1 triliun. Namun Indonesia belum masuk daftar 10 besar produsen makanan dan minuman halal di dunia. Padahal, dalam sisi pasar, Indonesia memiliki konsumen terbesar.
Irfan menyatakan kesadaran gaya hidup halal perlu dibangun agar sesuai dengan tatanan pelaku usaha kedua sektor tersebut. Dia berharap KNKS bisa jadi akselerator untuk memanfaatkan potensi industri pada sektor riil syariah ini. Melihat pertumbuhan industri makanan dan minuman halal secara global, pangsa pasar Indonesia bisa ditingkatkan agar bisa memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi negara. “Sosialisasi, edukasi, dan dukungan regulasi menjadi penting,” kata dia.
Menurut Irfan, KNKS diharapkan memainkan peran signifikan untuk mengkoordinasikan institusi pemerintah. “Khususnya yang berkaitan dengan sektor riil ini.”
LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo