Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah tercatat kembali melemah pada akhir tahun. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat mata uang Indonesia telah menembus Rp16.251 per dolar Amerika Serikat pada akhir pekan atau 29 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rupiah melemah dibanding November yang berada pada kisaran Rp 15 ribu per dolar AS. Gubernur BI memaparkan hingga 17 Desember 2024 kurs mengalami depresiasi 1,37 persen dari bulan sebelumnya. Analis komoditas dari Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi nilai tukar rupiah berisiko terus melemah, bahkan menembus Rp 17 ribu per dolar AS awal tahun. “Rp 17 ribu per dolar tahun depan sangat terbuka,” ujarnya kepada Tempo, Ahad, 29 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Lukman, ada banyak faktor yang menyebabkan mata uang anjlok akhir tahun. Faktor eksternal seperti prospek pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika (The Fed) yang terus menurun. Banyak pelaku pasar yang memprediksi The Fed tak akan agresif menurunkan suku bunga.
Saat suku bunga acuan The Fed tinggi, investasi di Amerika Serikat menjadi lebih menarik karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Akibatnya, investor asing cenderung menarik dana mereka dari negara-negara berkembang seperti Indonesia dan mengalirkannya ke Amerika Serikat. Penarikan dana asing ini dapat menyebabkan permintaan terhadap rupiah menurun, sehingga nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar.
Selain itu pelemahan rupiah menurut Lukman juga dipengaruhi eskalasi perang di Ukraina dan konflik di Timur Tengah. Faktor lainnya adalah perlambatan ekonomi di Cina. “Terakhir kekhawatiran akan kebijakan proteksionisme Donald Trump.”
Sedangkan dari sisi internal atau domestik, indikator ekonomi juga menunjukkan pelemahan permintaan. Semua mata uang dunia kata Lukman juga melemah cukup besar terhadap dolar AS. “Won Korea juga melemah signifikan, Yen Jepang, dan Rupee India dan Yuan Cina.
Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga dalam rapat dewan gubernur pada Desember 2025. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas rupiah. Tahun depan BI bakal mengambil langkah operasi moneter dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Tujuannya adalah menahan laju pelemahan rupiah pada 2025.
Pembelian obligasi oleh BI menurut Lukman bisa membantu menjaga rupiah tetap stabil. “Namun efektifitas hanya sesaat,” ujarnya.
Pilihan Editor: Yang Muda yang Sulit Mendapat Kerja