Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengumpulkan sejumlah pengelola pabrik di 48 kawasan industri seluruh Jabodetabek. Pertemuan tersebut membahas mitigasi pencemaran udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya saat musim kemarau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hanif mengatakan kualitas udara di Jakarta dipastikan memburuk seiring masuknya musim kemarau. Dia mengatakan buruknya kualitas udara tersebut disebabkan karena masifnya pabrik di sekitar wilayah Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kalau musim kemarau, maka kualitas udara Jabodetabek menjadi hal yang harus kita pertaruhkan bersama,” kata Hanif dalam pemaparannya di ruang pertemuan Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis, 10 April 2025.
Menurut dia, pelaku industri berkontribusi besar atas pencemaran udara di Jabodetabek. Pasalnya sebagian besar pabrik di melepaskan gas buang dari boiler atau ketel uap.
Selain melepaskan gas buang dari boiler, Hanif menyebut sebagian besar pabrik di kawasan industri masih bergantung kepada energi batu bara. Menurut dia, penggunaan energi fosil makin memperburuk kualitas udara di Jakarta.
“Beberapa skenario telah kami siapkan untuk menekan buangan gas boiler dan mengurangi energi batu bara untuk industri. Yang paling penting mengontrol gas buangan di pabrik-pabrik,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah saat ini sedang mengkaji skema operasional tata kelola perusahaan ramah lingkungan di wilayah aglomerasi. Salah satunya yaitu penggunaan bahan bakar gas yang dinilai lebih rendah emisi.
“Gas buang yang ideal tentu penggunaan dengan bahan bakar gas. Kami sudah mencoba diskusi dengan Direktur Gas Nusantara bagaimana agar jaringan gas itu sampai di kawasan industri-kawasan industri di Jabodetabek,” ujar dia.
Pilihan Editor: Gema Takbir Menolak Penggusuran di Pulau Rempang