Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Kelangkaan pasokan dan lonjakan harga memaksa pemerintah mengalihkan produksi gula untuk industri ke gula konsumsi.
Impor makin sulit pada masa pandemi Covid-19.
Di tengah ancaman krisis pangan dunia, stok dan produksi beras diklaim melimpah.
MENTERI Perdagangan Agus Suparmanto gencar menggelar inspeksi dua pekan terakhir. Tiga pabrik gula, yakni PT Industri Gula Nusantara (IGN) di Kendal, Jawa Tengah, serta PT Angels Products dan PT Sentra Usahatama Jaya di Cilegon, Banten, berturut-turut dia datangi pada Selasa dan Kamis, 7 dan 9 April lalu. “Kami akan memantau pabrik gula rafinasi yang mendapat penugasan khusus,” kata Agus di sela kunjungannya ke Cilegon.
Penugasan khusus yang dimaksud adalah perintah kepada pabrik gula rafinasi, yang biasanya memenuhi kebutuhan industri, agar mengolah gula mentah menjadi gula konsumsi. Pabrik yang didatangi Agus di Kendal dan Cilegon adalah tiga dari sejumlah perusahaan yang kebagian jatah “membantu” pemerintah mengatasi kelangkaan gula.
Pemerintah sedang berupaya menggenjot produksi gula rumah tangga. Sejak Februari lalu, menipisnya pasokan telah mendongkrak harga gula pasir. Hingga Kamis, 16 April lalu, rata-rata nasional harga gula pasir di pasar tradisional mencapai Rp 18.350 per kilogram, naik 25 persen dibanding periode yang sama pada Februari. Harga gula pasir di beberapa provinsi, terutama di wilayah Indonesia tengah dan timur, bahkan telah menembus Rp 20 ribu per kilogram.
Dengan tambahan pasokan dari realokasi penggunaan bahan baku gula untuk industri ke gula konsumsi tersebut, pemerintah berharap harga gula turun menuju ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan, yakni Rp 12.500 per kilogram. “Hampir di semua daerah gula pasir naik hingga 47 persen dari HET,” ucap Agus di Kendal.
Kelangkaan gula dan lonjakan harga makin mengkhawatirkan lantaran kebutuhan akan meningkat seiring dengan datangnya Ramadan dan Lebaran sebulan ke depan. Pemerintah memperkirakan kebutuhan pasokan gula hingga Juni mendatang sebesar 1,15 juta ton. Pada sisi lain, pemenuhan kebutuhan lewat impor sekarang makin tak mudah.
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), misalnya, telah mengantongi izin impor 50 ribu gula kristal putih sejak medio Maret lalu. Namun Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan realisasi impor kian sulit di tengah pandemi Covid-19. Banyak pabrik gula di luar negeri yang menghentikan produksi. “Begitu juga dari sektor pengangkutan logistik,” tutur Budi dalam rapat dengan Komisi Pangan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 9 April lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo