"KINI kereta api sudah jadi perum. Jadi, mental sebagai karyawan perum harus diubah. Kini, kami harus juga memikirkan bagaimana mencari laba," kata Direktur Utama Perumka, Drs. An- war Supriyadi, yang baru dilantik Senin, 15 Juli silam. Laba itu mutlak perlu karena subsidi Pemerintah untuk kereta api dikurangi dari Rp 31,5 milyar (1990) menjadi Rp 21,5 milyar (1991). Anwar menyadari betul bahwa menutup kekurangan itu tidak mudah. Dari penjualan karcis terkumpul Rp 207 milyar, sedangkan pengeluaran Perumka tiap tahun diperkirakan Rp 271 milyar. Jadi, kurang Rp 64 milyar, yang harus bisa diatasi oleh Perumka sendiri. Apa akal? Anwar mempersiapkan beberapa strategi, misalnya memacu produktivitas karyawan melalui insentif. Juga, mengoptimalkan sarana yang ada, dengan mengundang swasta untuk memanfaatkan jalur kereta siang Jakarta-Surabaya. "Pasarnya ada, penumpang- nya pasti banyak," kata dirut yang lulusan Pascasarjana Transportasi ITB itu. Lalu apa lagi? Kereta wisata akan dioptimalkan juga. "Nanti, kereta wisata itu akan dioperasikan secara reguler. Setelah disurvei, ternyata jalur Bandung-Yogya potensial untuk itu," kata Anwar lebih lanjut. Lebih mendasar ialah rencana menerap- kan desentralisasi di Perumka, misalnya dengan memberi wewenang lebih luas bagi daerah dalam mengelola anggarannya. Yang merupakan tantangan berat bagi Anwar adalah karyawan Perumka yang jumlahnya 41.000 orang. Sekalipun begitu, Anwar menjamin tidak akan ada PHK. Alasannya: penciutan karyawan akan dilakukan melalui penyusutan alamiah. Yah, mudah-mudahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini