GEDUNG pencakar langit yang tergolong tua di Jakarta, Wisma Nusantara, tentu kalah jika mesti bersaing melawan Plaza In- donesia dan Grand Hyatt Hotel yang terletak di seberangnya. Penyewa penting seperti PT Freeport International meninggalkan Wisma Nusantara pada tahun 1985, mungkin karena gedung itu tak nyaman lagi untuk mereka. Kenyataan ini menyadarkan pemiliknya, PT Wisma Nusantara In- ternational (BUMN). Diam-diam sejak tahun 1986, Wisma Nusantara direnovasi dengan biaya cukup besar, yakni US$ 12.272.000 (sekitar Rp 22,5 milyar). Hasilnya tidak mengecewakan. Bahkan, wajah baru itu akan diresmikan oleh Wakil Presiden Sudharmono, S.H., Jumat pekan ini (26 Juli). "PT Wisma Nusantara International sekarang memiliki berbagai sarana baru dan fasilitas canggih," kata Presdir Ir. Rachmat Wiradisuria. Sementara itu, President Hotel, gedung yang ter- letak di sebelahnya, yang tadinya juga tampak kumuh, kini pun semarak. Gedung berlantai 11 dengan 315 kamar ini boleh mem- banggakan restoran Jepang, ruang pesta, kolam renang, fitness center, lobby, dan arcade, yang semuanya serba baru. Wisma Nusantara, yang diisi dengan ruang perkantoran sepenuh 30 lantai dan seluas 28.000 m2, semakin nyaman saja karena adanya elevator baru dan sistem pelayanan yang efisien. Kedua gedung tersebut merupakan hasil pampasan perang Jepang (1941-1945), dengan saham pemerintah RI 55%. Pemasarannya dipercayakan kepada dua perusahaan Jepang, yakni Mitsui & Co. Ltd. dan Japan Air Lines Development Co. & Ltd., yang kini memegang saham 40% dan 5%.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini