SUBSIDI silang, kini sedang diterapkan pemerintah di sektor kredit pemilikan rumah. Sementara KPR untuk kalangan menengah atas dinaikkan, bunga kredit untuk pemilikan RSS (Rumah Sangat Sederhana) justru diturunkan dari 12% menjadi 10%. Ketetapan Presiden yang berlaku mulai 1 April ini, telah disambut gembira kalangan masyarakat bawah yang belum memiliki tempat tinggal tetap. Apalagi, Menteri Perumahan Rakyat Siswono Yudohusodo menekankan bahwa RSS hanya diperuntukkan bagi para buruh, karyawan, pegawai negeri, dan ABRI yang penghasilan sebulannya antara Rp 150 ribu -- Rp 200 ribu. Masih ada kabar gembira yang lain. Setelah dihitung-hitung, ternyata pemerintah masih memiliki dana untuk membangun perumahan sebanyak Rp 1,1 trilyun. Dana yang diperoleh dari APBN dan KLBI yang disimpan di BTN ini, diperkirakan akan cukup untuk membangun 40 ribu unit RSS di seluruh Indonesia. Tapi tidak berarti seluruh masyarakat yang membutuhkan rumah akan kebagian. Pengalaman menunjukkan, bahwa permintaan selalu jauh lebih tinggi daripada jumlah rumah yang dibangun pemerintah. Contohnya di Wilayah Jabotabek. Di sini pemerintah telah mencanangkan untuk membangun 2.000 unit RSS. Tapi apa yang terjadi? Begitu pendaftaran dibuka, langsung dipesan habis. Padahal hingga kini, pembangunannya belum lagi dimulai. Tapi hal ini bisa dimaklumi. Namanya juga RSS. Walaupun berlantai tanah harganya sangat murah. Untuk tipe 21 di kawasan Jabotabek, misalnya, cukup diserahkan uang muka Rp 300 ribu. Sedangkan cicilannya, sebulan Rp 31 ribu saja. Ringan, kendati harus mengurangi uang makan sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini