DALAM waktu dekat, mungkin banyak pohon cengkeh di Minahasa yang akan tumbang. Bukan karena imbauan Ketua BPPC Hutomo Mandala Putera, melainkan karena perusahaan pertambangan dari Amerika, Engelhard International Corporation, mulai menggarap tanah seluas 149.652 hektare di kawasan sekitar Lahendong, yang kini merupakan lumbung cengkeh. Pabrik perakitan rokok Bentoel yang akan dibangun, juga berada tak jauh dari Lahendong. Tanah di situ ternyata mengandung kaolin, yakni sejenis kapur yang dulu biasa dipakai melabur rumah. Kaolin kini telah tergusur cat buatan pabrik. Namun Engelhard, yang berpatungan dengan PT Amerindo Panenusaha, hendak menambang kaolin untuk diolah menjadi bahan baku pelapis kertas (paper coating). Kedua perusahaan akan menanamkan modal US$ 600 juta (sekitar Rp 1,2 triliun). Engelhard menanggung 95%, sedangkan 5% ditanggung PT Amerindo. Naskah kontrak karya antara Engelhard dan Departemen Pertambangan yang diteken di Jakarta, baru-baru ini diserahkan kepada Gubernur Sulawesi Utara, C.J. Rantung yang menyambutnya dengan gembira. "Ini akan merupakan investasi terbesar di sini," kata Rantung. Proyek ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi ekonomi Sulawesi Utara. Untuk tahun pertama, Engelhard akan melakukan penelitian umum dengan anggaran sekitar US$ 100 per km persegi. Selanjutnya tahap eksplorasi, dengan anggaran sekitar US$ 600 per km. Baru kalau ternyata layak ditambang, Engelhard akan membangun industri pengilangan. W.A. Kamagi, Kadin Pertambangan Sulawesi Utara, yakin deposit kaolin Minahasa yang cukup kaya, tak akan habis diolah sampai masa konsesi Engelhard (30 tahun) berakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini