Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KIA Carnival, Hyundai Trajet, atau Daihatsu Taruna baru yang berkilap memang masih berseliweran di jalan-jalan. Tapi masa keemasan penjualan mobil barueks impor atau rakitan lokalagaknya segera berakhir. Sementara dalam tujuh bulan terakhir penjualan mobil di kelas sampai Rp 300 jutaan ini menggebu-gebu, grafik penjualan mobil kini mulai landai, bahkan ada gejala menurun dalam tiga bulan terakhir ini. September depan, sebuah pameran mobil dirancang untuk mendongkrak kembali grafik turun itu.
Sampai Juli lalu, artinya tujuh bulan di tahun 2000, penjualan mobil sudah mencapai 155 ribu unit, hampir dua kali lipat penjualan mobil sepanjang tahun lalu, yang mencapai 93 ribu unit. Pada tahun sebelumnya bahkan tak sampai 60 ribu unit mobil terjualyang terburuk di sepanjang tahun 1990-an. Tapi, mulai Agustus ini, angin seperti berbalik arah. Pengamat industri otomotif, Goei Siauw Hong, meramalkan bagusnya penjualan mobil paling banter hanya akan bertahan dalam 1-2 bulan ini. "Setelah itu, saya kok tidak yakin," kata Kepala Riset Nomura Securities itu.
Dan gejala yang disebut Goei itu sudah mulai kelihatan. Ruang pamer mobil sudah mulai tak ramai lagi. Penjualan mobil juga tak lagi meledak-ledak. Menurut Goei, ada beberapa penyebab lesunya pasar mobil, di antaranya situasi politik yang masih membingungkan dan kejenuhan pembeli. Sidang tahunan MPR lalu, meskipun akhirnya berjalan aman, tak mengurangi kekhawatiran kalangan berdompet tebal akan terjadinya kerusuhan politik. Tapi pengaruh politik ini juga masih perlu diuji. "Kalau penyebabnya masalah politik, kelesuan pasar mungkin cuma 1-2 bulan ini," kata Goei.
Jika penyebabnya kejenuhan pasar, akibatnya bisa lebih lama. Tanda-tandanya jelas, misalnya lapisan pembeli mobil tak bergerak dari lapisan atas alias yang itu-itu juga. Penjualan mobil tetap saja didominasi mereka yang ganti mobil, bukan pembeli baru.
Kejenuhan ini jelas alasannya. Saat ini, harga mobil naik tiga kali lipat dibandingkan dengan masa sebelum krisis. Padahal, rata-rata gaji pegawai hanya naik 50-60 persen. Jelas saja harga mobil makin tak terkejar oleh daya beli. Untuk level pekerja kelas menengah, misalnya, menjangkau mobil seharga Rp 100-150 juta saja sudah "berat"dengan cara mencicil sekalipun. Taruhlah Isuzu Panther, yang ditawarkan sekitar Rp 125 juta. Dengan down payment 15-20 persen dari harga, selama tiga tahun, cicilan sebulannya hampir mencapai Rp 2 juta.
Lalu, mengapa dalam tujuh bulan pertama tahun 2000 ini penjualan mobil menggebu? Goei Siauw Hong menyebutnya "gejala buka puasa." Setelah dua tahun menahan diri, begitu pasar mulai stabil, mereka segera memutuskan membeli. Karena itu, Goei meramalkan, "Pesta-pora ini tidak akan berlanjut tahun depan."
Pernyataan Goei dibenarkan oleh Bambang Trisulo. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ini mengakui bahwa permintaan mobil baru menurun sekitar 10 persen dalam dua-tiga bulan ke depan dan gejalanya sudah terlihat mulai Agustus. "Gejalanya bisa dilihat ketika beberapa produsen mobil mulai mengurangi lembur. Pesanan indent (pengiriman tertunda) juga mulai berkurang," katanya.
Senior Vice President PT Astra Nissan Diesel Indonesia ini jelas mengkhawatirkan trend buruk itu. "Kalau perekonomian tidak juga membaik, bisa gawat," kata Bambang. Menurut dia, melemahnya rupiah sampai Rp 9.000 per dolar AS juga menjadi salah satu penyebab menurunnya permintaan mobil. Pasar mobil Indonesia akan bergairah jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada kisaran Rp 7.500.
Tapi rupanya tak semua produsen pesimistis. Presiden Direktur Indomobil, Subronto Laras, dan juru bicara Astra International, Aminuddin, mengaku tidak ada penurunan permintaan. "Hal ini bisa dilihat dari makin lamanya jangka waktu indent," kata Aminuddin. Dia mencontohkan pesanan Toyota Soluna yang terus menanjak sejak diluncurkan April lalu. Kalau konsumen memesan Soluna sekarang, mereka baru akan mendapatkan mobilnya sekitar Maret 2001.
Sementara itu, Subronto mengungkapkan bahwa perusahaannya malah memanggil pulang seribu tenaga kerjanya yang sedang mengikuti pelatihan di Jepang untuk membantu produksi. "Memang belum pulih seperti sebelum krisis," katanya. Namun, dia yakin, pasar mobil tetap akan bergairah sampai akhir tahun ini.
Yang tak bisa dibantah, dengan nilai tukar pada kisaran Rp 8.300 sedolar AS, harga mobil kini mulai merangkak naik. Tentu kalangan yang mampu membeli mobil kian terbatas. Karena belum pernah terdengar ada mobil yang turun harganya, pilihan cuma dua: beli baru sekarang atau batalkan beli dan elus-elus saja mobil tua yang sekarang ada di garasi.
M. Taufiqurohman, Dewi Rina Cahyani, I G.G. Maha Adi, Dwi Wiyana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo