Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TENGGELAM di antara kerumunan perempuan harum dan lelaki bertuksedo, saya terpaksa melakukan pekerjaan menyebalkan itu. Beberapa orang datang dan bertanya di mana toilet. ”Please, over there, Sir,” kata saya berulang-ulang. Posisi saya di ruangan yang megah itu memang tak menguntungkan: di pojok dan berdiri kaku empat jam penuh tanpa sedikit pun ada kesempatan duduk. Saya merasa bagai Santa Klaus di toko mainan anak-anak pada sebuah malam Natal—tersenyum, berusaha gembira meski sesungguhnya dipaksakan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo