Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Petani di Canduang Alami Kegagalan Akibat Erupsi Gunung Marapi

Beberapa petani di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam mengalami gagal panen akibat erupsi Gunung Marapi.

14 Januari 2024 | 17.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani sedang membersihkan kebunnya dari sisa abu vulkanik Gunung Marapi. Rata-rata para petani di Kecamatan Canduang mengalami gagal panen akibat erupsi Gunung Marapi sejak 3 Desember 2023. TEMPO/Fachri Hamzah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Canduang, Agam - Beberapa petani di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam mengalami gagal panen akibat erupsi Gunung Marapi. Erupsi Gunung Marapi terjadi sejak 3 Desember 2023 hingga 14 Januari 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah seorang petani Hermon menuturkan mengalami kerugian jutaan akibat erupsi Gunung Marapi. Tanaman banyak yang mati usai terkena abu vulkanik. "Banyak yang mati sehingga saya alami kerugian," ucapnya saat diwawancarai Tempo di Nagari Buki Batipuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria 75 tahun ini menjelaskan, saat erupsi 3 Desember 2023 baru saja menanam sayur terong. Namun keesokan harinya tanaman tersebut sudah banyak yang mati. Dari 3.000 bibit yang ditanamnya hanya tinggal 1.500 saja pasca erupsi Gunung Marapi.

Hermon memperkirakan hasil panen terong bisa mencapai 5 ton dengan harga Rp 5.500 per kilogram. "Saya baru saja menanam terong sebanyak 3.000 batang saat erupsi pertama kali pada Desember 2023, eh ternyata besok banyak yang mati. Ya mau bagaimana lagi, namanya sudah takdir," katanya sambil menunjuk salah satu tanaman terong yang sudah mati.

Selain terong, Hermon juga menanam sawi sebanyak 3.000 batang. Perkiraan hasil panennya, yakni mencapai 10 karuang. "Dulu 3.000 batang itu bisa panen 10 karung berat 50 kilogram. Karena erupsi saya hanya bisa panen sawi 2 karung saja," ucapnya. 

Selanjutnya: Tidak hanya itu, tanaman cabai  Hermon  yang berada tepat....

Tidak hanya itu, tanaman cabai  Hermon  yang berada tepat di bawah lereng Gunung Marapi juga rusak. Rata-rata cabai itu banyak yang mati karena terkena abu vulkanik. Padahal, Hermon baru saja mau melakukan proses panen. "Saya baru saja mau panen, tapi mau bagaimana lagi," ucapnya.

Hermon menuturkan, jika kerugian yang dialaminya mencapai jutaan rupiah. Semua itu sudah dihitung dengan biaya operasional dan pupuk. "Saya hitung kira-kira 10 juta mungkin ada kerugiannya," pungkasnya.

Terakhir, Hermon berharap semoga ada solusi dari pemerintah terhadap kondisi yang dialaminya dan beberapa petani di sekitar lereng Gunung Marapi. "Saya berharap ada solusi terbaik untuk kami petani," pungkasnya.

Sama hal dengan Hermon, Rahmat seorang petani di Sungai Pua juga mengalami kegagalan panen. Cabainya yang berumur 1 bulan lebih mati karena erupsi Gunung Marapi. "Baru 1 bulan, pas saya lihat ke ladang pasca erupsi sudah pada mati," katanya.

Dia merasa pasrah dengan kondisi yang terjadi. Padahal, Rahmat harus menyewa tanah dan meminjam uang ke bank untuk berladang. "Namanya nasib mau bagaimana lagi," ucapnya.

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus