Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Prabowo Subianto baru saja resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029. Ia akan menggantikan Joko Widodo sebagai RI-1 mulai tanggal 20 Oktober 2024. Dalam pidato perdananya pasca dilantik, Prabowo banyak membahas permasalahan ekonomi, khususnya soal kemiskinan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan, terlalu banyak saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan,” ucap Prabowo dalam pidato perdananya sebagai presiden, Ahad, 20 Oktober 2024 di kompleks Senayan, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain membahas soal kemiskinan, Prabowo juga membahas beberapa topik ekonomi lainnya. Ia sempat menyebutkan soal pentingnya swasembada pangan dan swasembada energi. Di tengah keadaan politik dunia yang tidak stabil, Prabowo menilai perlu adanya kemandirian ekonomi Indonesia, terkhusus di sektor pangan dan energi.
Prabowo juga menyinggung masih banyak terjadinya kebocoran anggaran. Ia menyentil para pejabat yang masih sering melakukan korupsi dan kolusi. Kekayaan negara, kata Prabowo, saat ini masih belum bisa dinikmati oleh masyarakat luas secara penuh.
Meski membahas banyak persoalan ekonomi, Prabowo tidak ada menyebutkan beberapa permasalahan ekonomi yang banyak dibahas belakangan ini dalam pidatonya. Fenomena seperti deflasi lima bulan beruntun, menurunnya daya beli masyarakat, kontraksi sektor industri, hingga menurunnya jumlah kelas menengah tidak dibahas sama sekali oleh Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Ekonom Sebut Prabowo Belum Prioritaskan Permasalahan Ekonomi Jangka Pendek dan Menengah
Ekonom dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, menyebutkan ada kemungkinan Prabowo masih menekankan pada permasalahan ekonomi fundamental dan jangka panjang. Sehingga persoalan jangka pendek dan menengah cenderung belum diprioritaskan.
“Mungkin Prabowo memang belum memprioritaskan persoalan ekonomi jangka pendek seperti yang dialami kelas menengah, termasuk isu daya beli yang menurun, deflasi, dan beban utang yang terus meningkat,” kata Achmad ketika dihubungi pada Ahad, 20 Oktober 2024.
Menurut Achmad, Prabowo masih kurang peka terhadap permasalahan ekonomi makro yang sedang terjadi saat ini. Padahal, kata Achmad, permasalahan ini sebetulnya juga mendesak karena berkaitan dengan kelanjutan hidup kelas menengah.
“Beliau belum sepenuhnya menyadari atau menanggapi permasalahan ekonomi yang lebih mendesak di masyarakat, terutama yang dihadapi oleh kelas menengah,” ujarnya.
Achmad berpandangan penting bagi Prabowo untuk tidak mengabaikan kondisi ekonomi yang lebih mendesak, yang dirasakan masyarakat dalam jangka pendek, terutama oleh kelas menengah yang menjadi motor penggerak konsumsi domestik. Sebabnya, permasalahan ini memerlukan respons kebijakan yang lebih cepat dan tepat. Termasuk kebijakan fiskal yang mendorong konsumsi dan investasi, serta langkah-langkah untuk menstabilkan sektor industri yang mengalami kontraksi.