Boleh juga kiat PT Philips Ralin Indonesia memperbesar pasarnya. Minggu lalu, Philips menjalin kerja sama dengan PLN untuk memasarkan lampu listrik hemat energi. Menurut Andy Oentoro, Manajer Pengembangan Bisnis Philips, sudah setahun lebih perusahaannya mendatangkan dari Philips Cina, lampu ber-kekuatan 8 watt yang pancaran sinarnya sama dengan lampu pijar 40 watt. Nah, setelah menggandeng PLN, kini produk tersebut bisa didapatkan di loket-loket PLN. Harganya sama persis dengan yang dijual di toko: Rp 24 ribu. Tapi, bila membeli di loket PLN, konsumen bisa membayar dengan cara cicilan, yang besarnya cuma Rp 2 ribu per bulan. Cicilan ini akan ditagih bersamaan dengan pembayaran listrik saban bulan.
Bagi PLN, yang kewalahan memenuhi permintaan listrik, kerja sama ini cukup menguntungkan. "Karena konsumsi kWh per bulan akan berkurang," kata Direktur Pemasaran dan Distribusi PLN, Tunggono. Kurang lebih begini hitungannya. Kalau seorang pelanggan mengganti sebuah lampu pijar 40 watt dengan lampu hemat energi 8 watt yang menyala 10 jam tiap hari, penghematannya sekitar 9,6 kWh atau Rp 2.112 per bulan. Sudah begitu, PLN tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk kerja sama ini. Selain itu, PLN juga masih akan mendapat keuntungan—cuma berapa besarnya masih dibicarakan.
Bagi pihak Philips memang belum jelas berapa keuntungan yang bakal ia dapat berkat kerja sama itu. Kalaupun kantongnya kian tebal, kerja sama model itu tampaknya tak sampai menyikut rezeki perusahaan lainnya. "Kita lihat nanti. Sekarang belum ada anggota yang keberatan," kata John Manoppo, Ketua Asosiasi Industri Perlampuan Indonesia. Menurut John, meski diperebutkan oleh 96 perusahaan, pasar lampu hemat energi di Indonesia terus mengalami kenaikan. Pada 1999 impor lampu itu bernilai US$ 5,1 juta, tahun 2000 mencapai US$ 10,1 juta, dan kuartal pertama 2001 sebesar US$ 6,2 juta. Sementara itu, produk lokal hanya dipasok oleh Chiyoda, Nasional, dan Maspion.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini