KARCIS Rp 5000 untuk makan bersama siang itu pasti menyenangkan
bagi mereka yang tergabung dalam Ikatan Konsultan Indonesia
(IKINDO). Tamu kehormatan mereka adalah Dirjen Perla Haryono
Nimpuno yang ditemani oleh dua pembantu utamanya -- udjono dan
Ruskandi. Dialog mereka yang berlangsung minggu lalu di Hotel
Horison, sementara mata lepas memandang ke Teluk Jakarta jelas
berthema: Pakailah Jasa Konsultan Indonesia!
Itu memang sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah, terbukti
dengan sudah diadakannya Tim Pembina Pengembangan Konsultasi
Indonesia oleh Menpan J.B. Sumarlin. Tapi adalah perusahaan
asing yang masih menikmati porsi terbesar dari penugasan
pemerintah.
Kebetulan pemerintah, dengan berbagai macam proyek Repelita,
merupakan klien terbesar dalam bisnis konsultasi Indonesia.
Terutama bila menyangkut pembiayaan dollar dan non-rupiah
lainnya, proyek itu selalu terkena persyaratan konsultasi dari
negara asing yang memberi pinjaman ataupun grant (bantuan
cuma-cuma) yang, tentu saja memberi prioritas pada perusahaan
dari negerinya. Bila enyangkut pembiayaan rupiah tok, prioritas
konsultasi bisalah pergi ke perusahaan Indonesia.
Tapi secara berangsur kini mungkin kesempatan telrbuka bagi
partisipasi perusahaan Indonesia untuk proyek dollar, a.l.
karena adanya sifat untied aid, yaitu bebas membelanjakan
bantuan dari beberapa negara kreditor. Jelas kemungkinan itu
sedang diusahakan pemerintah dengan World Bank dan Asian
Development Bank.
Multi-Komplex
Jika kesempatan itu akhirnya diperoleh, akan menjadi persoalan
pula apakah ada kemampuan perusahaan Indonesia menjual jasa
setaraf dengan perusahaan asing. Khusus di bidang Ditjen Perla
rupanya kesempatan itu sudah banyak terbuka, dan sikap Haryono
Nimpuno jelas cenderung memilih perusahaan Indonesia. Tapi, kata
Dirjen Perla, masih banyak terdapat kelemahan pada perusahaan
nasional. "Perlu dicari wayout (jalan keluar) untuk mengatasi
kelemahan kita."
Dia dan stafnya menunjukkan kelemahan terutama dalam hal:
penyusunan laporan, analisa ekonomi-keuangan dan transportasi,
penelitian teknis yang perlu menggunakan laboratorium.
Dianjurkannya supaya dibina kerjasama riset dengan lembaga
pendidikan seperti ITB. Selain itu, dimintanya kesadaran banwa
adalah tidak mungkin bagi perusahaan bekerja sendiri, hingga
perlu secara bersam membina suatu konsorsium untuk rnerangani
proyek yang multi-komplex. Apa itu?
Studi transportasi, survei khusus lautan, penelitian tanah di
lautan, soal pengendapan, tentang kerja pengerukan, studi lokasi
dan tata-muka pelabuhan, rencana-induk pelabuhan, konstruksi,
disain, supervisi, soal program pantai semua itu adalah sedikit
contoh proyek bidang Perla yang- meminta jasa konsultasi. Tidak
gampang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini