Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan perkembangan bursa karbon di Indonesia setelah diluncurkan pada 26 September 2023. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mengingat 71,95 persen karbon yang ditawarkan masih belum terjual,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 4 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga 30 November 2023, kata Inarno, OJK mencatat ada 41 pengguna jasa di bursa karbon yang mendapatkan izin. Sementara pada 31 Oktober 2023 terdapat 25 pengguna jasa dengan total volume sebesar 490.216 ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp 30,7 miliar.
Rinciannya dari Rp 30,7 miliar itu yakni 30,56 persen di pasar reguler atau Rp 9,38 miliar. Lalu, 9,24 persen di pasar negosiasi atau Rp 2,84 miliar. “Dan 60,20 persen di pasar lelang atau Rp 18,48 miliar,” tutur Inarno.
Sebelumnya, perdagangan karbon melalui bursa karbon resmi diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Presiden mengatakan bahwa potensi bursa karbon di Indonesia bisa mencapai Rp 3.000 triliun, bahkan lebih.
“Jika dikalkulasi, potensi bursa karbon kita bisa mencapai potensi Rp 3.000 triliun, bahkan bisa lebih,” ujar Jokowi di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 26 September 2023. Menurutnya, angka ini sejalan dengan tingginya kredit karbon yang bisa ditangkap.
Jokowi menyampaikan peluncuran bursa karbon merupakan bentuk kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis perubahan iklim. Adapun hasil dari perdagangan ini akan direinvestasikan kembali untuk upaya menjaga lingkungan khususnya untuk pengurangan emisi karbon.
Ia menyebut Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk mengurangi emisi karbon. “Kita, Indonesia, punya potensi yang luar biasa dan merupakan satu satunya negara dengan sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam,” ucap Jokowi.
Selain itu, Jokowi mengatakan bahwa bursa karbon akan menjadi kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan arah dunia yang sedang menuju kepada ekonomi hijau.
MOH KHORY ALFARIZI | DEAFARA DHANYA PRAMITHA