KALA si cacil Ternate itu hendak menjadi tajuk berita dia mesti
meledakkan gunungnya dulu. Memang rupanya sudah begitu nasibnya.
Lain dulu, lain sekarang. Hidup bagai sambau di tengah jalan.
Maka dengan muka pelekok kek Datung minta pendapat Rika.
Bagaimana ini Rik? Apa ini namanya pemerataan?
Jawab Rika, jalur pemerataan baru ada delapan. Pemerataan berita
belum ada. Lagian kek, kita-kita ini kalau mau masuk koran juga
perlu bikin kejutan dulu. Cuma, membikin kejutan di Jawa itu
tidak usah dengan meledakkan gunung. Coba kek, ini ada iklan
mengenai bacaan yang bakal terbit. Ini bakal menggebrak angkasa
dan membelah bumi. katanya. Takut dong Rika membacanya. Ini
sudah lebih dari Gamalama.
Lalu mata kek Datung, suram bercampur sayu, melayang jauh
mengarungi zaman lampau. Memang tak ada yang kekal di darulfana
ini. Jadinya, orang sekarang hanya mau mengingat Ternate kalau
gunungnya meletus. Maka aneh kenapa orang sebentar-sebentar
menyebut "Sriwijaya Majapahit . . Majapahit Sriwijaya" . . .
juga kalau tengah berhibur-hibur dengan langgam keroncong. Apa
kurangnya Ternate itu sih dari Majapahit Sriwijaya?
Kek Datung terjaga dari lamunannya oleh bunyi desar-desar. Eh,
rupanya Rika sedang menggambar dengan bersemangat di atas kertas
besar. Menggambar Gamalama meletus! Seketika kek Datung,
menyeranggung dengan penuh minat. Ya ya, bagus itu. Sudah nampak
asap azmat menabun ke angkasa, kemudian debunya oleh Rika mulai
ditempiaskan pula ke bumi. Lautan luas di sekitarnya nampak
tenang.
-- Betul begini ya kek?
-- Betul ya betul. Tapi lautnya bisa juga bergolak. Kakek dulu
pernah membaca surat seorang pendeta Katolik, namanya Franciscus
Xaverius. Di tengah abad 16 dia ada di daerah kepulauan itu.
Katanya, gempa bumi sering mengamuk di situ, dan sangat
mengerikan buat orang di lautan, sebab kapalnya berguncang
seperti mau dibanting ke karang. Nah sekarang coba Rika
menggambar kapal layar si Arbain sedang berlabuh di sana.
-- Siapa itu kek? Dan kenapa kapal layar?
-- Huss ... Arbain itu cakawari Rika sendiri. Beliau itu dulu
panjarwala kapal Sultan Johor yang bersewaka ke Sultan Ternate.
-- Aduh ... masak ada Sultan yang jauh-jauh mau ketemu raja
pulau kerdil? Ya kalau pulaunya itu Singapura itu asyiik. Tapi
Ternate ....
-- Ee ee ... dari seluruh dunia orang datang ke Ternate Iho!
Nah, Rika sekarang membuat kapal dengan bendera Inggris. Itu
kapalnya kapitan Drake, muncul di Ternate sehabis
merampok-rampok di sepanjang pantai Barat Amerika.
Ya, Rika pernah mendengar tentang langlangbuana ini tapi bahwa
dia itu tukang bajak, itu tak pernah diceritakan. Dan Rika
menggambar lagi dengan gesitnya. Layar "Golden Hind" dibuatnya
bagus mengepuh. Wajah kakek berseri-seri
-- Nah, sekarang gambarlah beberapa perahu Ternate mengelilingi
kapal Drake. Tiap perahu harus punya sepucuk meriam. Mendengar
permintaan ini mata dan air muka Rika memhuntang.
-- Aduh ... kakek ini mengada-ngada saja ah. Orang Ternate kok
punya meriam. Paling juga cuma punya golok.
-- Ee ee Rika . . kau tahu apa? Kakek ini sudah membaca buku
karangan Drake sendiri, dan dia sendiri yang mengaku bahwa dia
disambul perahu-perahu yang punya meriam semua. Jadi kalau Drake
ini berani kurang ajar, pasti kapalnya akan dikirim ke dasar
laut. Untung saja dia kelewat sopan. Sampai main musik segala
buat Sultan Ternate.
Rika menggeleng kepalanya sebentar. Ada yang tidak beres di
sini. Tapi ya bolehlah. Dia gambar saja kapal-kapal rentaka itu,
sekedar untuk menyenangkan kakeknya yang tentu saja sudah pikun.
-- Bagus! Bagus! Sekarang Rika bikin kapal-kapal perang Ternate
lagi. Satu datang dari Mindanao, mau memberi laporan tentang
kegiatan industri bedil dan meriam balatentara Ternate di sana,
dan tentang keberhasilannya menghalau serdadu-serdadu Spanyol
yang kasak-kusuk di Mindanao.
Nah, sekarang giliran Rika untuk meletus.uh kek Datung! Mindanao
itu kepunyaan Filipina! Jangan diaku seenaknya saja dong! Kan
bisa ricuh nanti..
Kek Datung tak peduli. Dia seperti rakyat Ternate zaman dulu.
Labrak saja.
-- Sekarang coba gambar tiga kapal yang membawa pasukan Ternate
ke pulau Flores. Sekedar buat mengganti penjaga-penjaga di sana
... Ayo gambar.
Kakulah tangan Rika sekarang. Ini keterlaluan Kakek ini
menggantang asap saja. Ya kalau Majapahit yang begitu. masih
masuk akallah. Kalau negeri Belanda ... ya tentu saja masuk
akal. Tapi Ternate! Punyanya cuma cengkeh, kata pak guru. Cukup
buat bikin rokok kretek, tapi rokok kretek itu toh bukan meriam.
Kek Datung ini rupanya cuma main ngawur saja. Itu tidak mendidik
namanya.
-- Rika oh Rika ... Mengapa Rika menjadi bimbang heh? Sudahlah,
sekarang dengar saja kakek. Pernah dengar nama-nama Bataan dan
Corregidor? Ya, sudah terkenal sekali dalam Perang Dunia ll.
Letaknya di daerah teluk Manila, jadi tak jauh dari ibu kota
Filipina. Nah, Rika. Di seberang Bataan dan Corregidor itu ada
suatu kota kecil yang bernama Ternate. Itu tandanya bahwa ....
Minta ampun si kakek ini. Rika bangkit dan langsung lari
meninggalkan kamar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini