Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
MIND ID mulai mencari mitra untuk mengembangkan nikel menjadi baterai kendaraan listrik.
Produk hilir memiliki manfaat ekonomi lima kali lipat dibandingkan nikel mentah.
Rencana kerja Vale tak berubah meski terjadi divestasi.
JAKARTA – Mining Industry Indonesia (MIND ID) mempersiapkan penghiliran industri nikel setelah menyelesaikan pembelian saham PT Vale Indonesia Tbk. Perusahaan mulai mencari mitra untuk pengembangan produk hilir nikel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Perusahaan MIND ID, Rendi A. Witoelar, mengatakan salah satu fokus perusahaan tertuju pada pengembangan baterai kendaraan listrik. Namun, teknologi pengolahan produk itu belum tersedia di dalam negeri, tak seperti di Jepang, Korea Selatan, dan Cina, sehingga diperlukan mitra. "Saat ini sedang dijajaki kerja sama. Ada beberapa perusahaan yang tertarik untuk masuk ke industri ini," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Holding tambang perusahaan pelat merah itu optimistis memulai penghiliran lantaran sudah mengamankan bahan bakunya. Selain menjadi pemilik 65 persen saham di PT Aneka Tambang Tbk, perusahaan telah mengakuisisi 20 persen saham PT Vale Indonesia Tbk. Sebagai pemilik saham, MIND ID berhak memanfaatkan hasil produksi jika dibutuhkan.
Pada 19 Juni 2020, MIND ID dan Vale Indonesia memaraf perjanjian jual-beli saham sebesar 20 persen. Perjanjian ini merupakan salah satu syarat perpanjangan kontrak karya Vale Indonesia yang akan berakhir pada Desember 2025. Kedua pihak sebelumnya menekan perjanjian pendahuluan divestasi saham dan menargetkan kesepakatan dapat tercapai pada akhir 2019.
Saham yang dimiliki MIND ID berasal dari pengalihan saham Vale Canada Limited (VCL) sebesar 14,9 persen dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) sebesar 5,1 persen. Saham tersebut dibeli dengan harga Rp 2.780 per lembar atau total Rp 5,52 triliun. Setelah transaksi yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini, saham di Vale Indonesia terbagi menjadi milik VCL sebanyak 44,3 persen, MIND ID 20 persen, SMM 15 persen, dan publik 20,7 persen.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menyatakan akses bahan baku di Vale Indonesia dan Aneka Tambang dapat membantu mempercepat realisasi penghiliran nikel di dalam negeri. "Baik penghiliran industri nikel menjadi stainless steel maupun menjadi baterai kendaraan listrik," ujarnya. Produk hilir memiliki manfaat ekonomi hingga lima kali lipat dibanding nikel mentah.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir optimistis akuisisi saham Vale Indonesia dapat mendorong penghiliran industri nikel segera terwujud, terutama untuk pengembangan baterai kendaraan listrik. Emiten berkode INCO tersebut terkenal sebagai salah satu pemilik aset nikel terbaik dan terbesar di dunia. "Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia sehingga transaksi saham Vale Indonesia ini menjadi bagian penting dalam rencana pengembangan industri baterai untuk mobil listrik," ujarnya.
Chief Financial Office Vale Indonesia Bernardus Irmanto menyatakan rencana kerja maupun investasi perusahaan tak berubah meski terjadi divestasi. Kendali operasional masih berada pada Vale Canada Limited. Meski begitu, peran MIND ID tetap diperlukan dalam menjalankan bisnis. "Kami mengharapkan dengan masuknya MIND ID sebagai pemegang saham, mereka bisa memberikan dukungan terhadap pelaksanaan rencana bisnis ke depan," ujarnya.
Dalam jangka panjang, Vale Indonesia berharap dapat membangun sinergi tak hanya dengan MIND ID, tapi juga dengan anak perusahaan holding tambang tersebut, seperti Aneka Tambang, untuk mengelola nikel. "Kemungkinan sinergi ini bisa dijajaki," tuturnya.
CAESAR AKBAR, VINDRY FLORENTIN
Produk Hilir Nikel Jadi Fokus MIND ID
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo