Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Raja-raja Pencetak Uang

18 Juni 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA tak kenal George Soros? Tatkala krisis ekonomi menghumbalang Asia sepuluh tahun silam, miliuner Yahudi ini juga ketiban rupa-rupa tudingan. Aksi spekulasinya ”bermain” valuta asing ditengarai memicu tumbangnya mata uang baht Thailand—juga rupiah. Di jagat investasi, Soros tercatat sebagai salah satu raja hedge fund termakmur di dunia.

Hedge fund, yang awalnya dikembangkan oleh Alfred Winslow Jones pada 1949, merupakan kumpulan dana untuk investasi jangka panjang dan jangka pendek guna meminimalkan risiko pasar. Dalam perkembangannya, dana hedge fund tak hanya dibenamkan di saham, tapi juga pada transaksi kontrak berjangka, opsi, valuta asing, ataupun surat utang dari pasar yang baru berkembang.

Berbeda dengan pengelola dana investasi retail semacam reksa dana (mutual fund) dan dana pensiun atau perusahaan asuransi, yang diatur ketat dan harus transparan, hedge fund bersifat tertutup dan menampung investor besar dalam jumlah terbatas. Mereka biasanya bermarkas di wilayah longgar aturan, seperti Bermuda, Cayman Islands, dan British Virgin Islands.

Dalam satu dasawarsa terakhir, perkembangan hedge fund luar biasa pesat. Pada 1995, aset yang dikelolanya baru US$ 257 miliar, tapi tahun lalu sudah mencapai US$ 1,5 triliun atau sekitar Rp 13.500 triliun. Jumlah pengelolanya pun terus meningkat hingga lebih dari 8.500 perusahaan.

Negara-negara Asia yang remuk dihantam krisis menjadi lahan empuk perburuan aset. Bank Central Asia eks milik Grup Salim, yang jatuh ke tangan konsorsium Farallon Capital dan Grup Djarum, merupakan salah satunya.

Sejumlah kalangan mencurigai derasnya arus dana yang masuk ke Indonesia lewat pasar uang dan pasar modal beberapa tahun terakhir tak lain dari dana hedge fund. Dikhawatirkan perekonomian domestik bakal kembali guncang bila para pengelola dana ini beraksi lagi dan ”uang panas” itu tiba-tiba kabur ke luar negeri.

Kekhawatiran itu bukan isapan jempol jika melihat besarnya pundi kekayaan mereka. Menurut laporan Hedge Fund Intelligence dan Alpha Magazine, Mei lalu, kekayaan J.P. Morgan Asset Management, yang kini menempati urutan teratas—setelah mengakuisisi Highbridge Capital Management—mencapai US$ 33 miliar. Padahal cadangan devisa Indonesia saja cuma sekitar US$ 50 miliar.

Menurut Clive Brown, Eksekutif Kepala J.P. Morgan, mulai tahun ini fokus investasinya di Asia. ”Pasar Korea terbesar kedua di Asia Pasifik,” katanya. Goldman Sachs tak mau kalah. Bulan lalu mereka mengucurkan US$ 190 juta untuk mengakuisisi perusahaan pengelola dana Korea Selatan, yang 65 persen sahamnya dimiliki Macquire Bank, bank asing terbesar di sana.

Para pengelola hedge fund pun super-”tajir”. Yang terkaya adalah James Simons, 69 tahun. Pendapatan mantan profesor matematika ini tahun lalu US$ 1,7 miliar (sekitar 15,3 triliun). Menurut Alpha, total pendapatan 25 manajer teratas mencapai US$ 14 miliar (Rp 126 triliun). Dana ini setara dengan produk domestik bruto Yordania atau Uruguay dan cukup untuk membiayai 80 ribu guru sekolah negeri di New York selama tiga tahun.

Metta Dharmasaputra, Muchamad Nafi


Terkaya (Pendapatan 2006)

1. James Simons Renaissance Technologies Corp. US$ 1,7 miliar

2. Kenneth Griffin Citadel Investment Group US$ 1,4 miliar

3. Edward Lampert ESL Investments US$ 1,3 miliar

4. George Soros Soros Fund Management US$ 950 juta

5. Steven Cohen SAC Capital Advisors US$ 900 juta

6. Bruce Kovner Caxton Associates US$ 715 juta

7. Paul Tudor Jones II Tudor Investment Corp. US$ 690 juta

8. Timothy Barakett Atticus Capital US$ 675 juta

9. David Tepper Appaloosa Management US$ 670 juta

10. Carl Icahn Icahn Partner S$ 600 juta

Terbesar (2007)

1. JP Morgan Asset Mgmt (New York) Peringkat 2006: 24 Aset: US$33,1 miliar

2. Goldman Sachs Asset Mgmt (New York) Peringkat 2006: 1 Aset: US$32,5 miliar

3. Bridgewater Associates (Westport , Connecticut) Peringkat 2006: 2 Aset: US$30,2 miliar

4. D.E. Shaw Group (New York) Peringkat 2006: 3 Aset: US$27,3 miliar

5. Farallon Capital Mgmt (San Francisco) Peringkat 2006: 4 Aset: US$26,2 miliar

6. Renaissance Technologies Corp (East Setauket, New York) Peringkat 2006: 26 Aset: US$26,0 miliar

7. Och-Ziff Capital Mgmt Group (New York) Peringkat 2006: 7 Aset: US$21,0 miliar

8. Barclays Global Investors (London) Peringkat 2006: 6 Aset: US$19,0 miliar

9. Man Investments (London) Peringkat 2006: 8 Aset: US$18,8 miliar

10. ESL Investments (Connecticut) Peringkat 2006: 5 Aset: US$17,5 miliar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus