Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KABAR mengejutkan itu datang di awal tahun. Madeleine Korbel Albright, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat di era Presiden Bill Clinton, mengumumkan pendirian lembaga investasi bisnisnya, Albright Capital Management. Lembaga hedge fund itu langsung berhasil menghimpun dana US$ 329 juta atau sekitar Rp 3 triliun, yang diperoleh dari dana pensiun Belanda, PGGM.
Pelaku pasar modal di Wall Street pun gempar. Albright, profesor bidang diplomasi internasional dari Georgetown University, tak punya pengalaman di bidang investasi. Persinggungannya di ranah bisnis hanya sebatas menjadi penasihat di The Albright Group LLC, perusahaan jasa strategi bisnis global, yang didirikannya pada 2001.
Albright hanyalah satu dari sekian banyak mantan eksekutif pemerintah yang terjun ke bisnis berisiko tinggi. Ini rupanya membuat gerah otoritas keuangan internasional. Sebab, para eks pemimpin itu dipasang sebagai tameng untuk melindungi bisnis hedge fund, yang diperkirakan dapat menimbulkan gejolak mata uang dunia.
Bank of International Settlement, yang membantu bank sentral semua negara, gencar melontarkan ide penertiban lembaga pengelola dana investasi ini. Kanselir Jerman, Angela Merkel, pun mencetuskannya dalam forum G-8 di Heiligendamm, Jerman, 6-8 Juni lalu. Namun usulnya mentah. Bahkan dalam deklarasi akhir pertemuan itu disebutkan bahwa lembaga hedge fund dianggap berkontribusi sangat signifikan terhadap keuangan internasional.
Hedge fund adalah kumpulan dana yang digunakan untuk investasi jangka panjang, misalnya penyertaan saham langsung di sebuah perusahaan, ataupun jangka pendek, seperti aktivitas jual-beli di pasar modal. Yang dibidik, biasanya, pasar yang sedang berkembang (emerging market).
Dalam bisnis ini, investor tak perlu tahu di mana lembaga pengelola menanamkan dana. ”Cara berinvestasinya rahasia. Yang penting return tinggi,” kata pengamat pasar modal Goei Siauw Hong. Ini yang membedakannya dengan private equity fund, karena investor tahu di instrumen investasi apa dananya diputar.
Bukan hanya Albright, menteri luar negeri perempuan pertama di Amerika Serikat itu, yang tergiur bisnis ini. Dua pekan lalu, Centaurus Capital mengumumkan bergabungnya mantan Perdana Menteri Spanyol, Jose Maria Aznar, dan pensiunan Menteri Keuangan Inggris, Ken Clarke, di perusahaan yang berbasis di London, Inggris, itu. ”Semoga kehadiran mereka memberi manfaat besar,” kata Eksekutif Kepala Centaurus Bernard Oppetit.
Tren menempatkan eks pejabat teras di pucuk pimpinan lembaga pengelola dana investasi internasional bukan barang baru juga. John Snow, mantan sekretaris menteri keuangan, yang sempat berdinas tiga tahun di masa pemerintahan Presiden George Walker Bush, diangkat sebagai Ketua Cerberus Capital Management pada Oktober 2006. Di perusahaan yang mengelola aset senilai US$ 16,5 miliar atau setara dengan Rp 150 triliun itu telah duduk pula mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Dan Quayle, sebagai anggota dewan penasihat, sejak 2000.
D.E. Shaw Group, perusahaan pengelola hedge fund terbesar keempat dunia versi Hedge Fund Intelligence (lihat ”Raja-raja Pencetak Uang”), juga turut menggaet eks pejabat. Sejak 2006, lembaga ini mengaryakan menteri keuangan zaman Presiden Bill Clinton, Lawrence Summers. Pendahulu Summers, yakni Paul O’Neill, kini bekerja sebagai penasihat di Blackstone Group.
Di perusahaan yang sama duduk bekas Perdana Menteri Kanada, Brian Mulroney, sebagai direktur. Richard Holbrooke, setelah lengser dari jabatannya sebagai Duta Besar Amerika Serikat di PBB, kini menjabat wakil ketua hedge fund Perseus.
Para bekas penguasa tampaknya memang tak betah jauh dari urusan duit. Mantan presiden George Bush kini berkarya di Carlyle Group, didampingi sejawatnya, mantan Perdana Menteri Inggris, John Major. Penggantinya, Bill Clinton, juga tercatat sebagai penasihat senior Yucaipa Cos., perusahaan private equity yang berpusat di Los Angeles. Bahkan putrinya, Chelsea Clinton, bekerja di Avenue Capital Management, yang bermarkas di New York.
D.A. Candraningrum (AFP, New York Times, Wall Street Journal)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo