Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika Hernando de Soto tiba di Arequipa 29 tahun lalu, ia menemukan fakta yang mencemaskan. Begitu banyak pengusaha kecil di tanah kelahirannya di Lima, Peru, yang bekerja keras tapi tak lepas dari jerat kemiskinan. ”Padahal, kalau di Eropa, mereka akan sukses dan kaya raya,” kata De Soto.
Saat itu De Soto baru berusia 38 tahun tapi penuh cita-cita. Karena penasaran, ia membuat sebuah eksperimen. De Soto mendirikan bisnis garmen bermodal dua mesin jahit di kawasan kumuh Peru, yang dijalankan dua mahasiswa. Dari sini ia mendapat jawaban. Ternyata, untuk mendapatkan permohonan izin usaha garmen itu, dibutuhkan waktu 289 hari, dengan biaya yang setara dengan upah minimum 32 bulan di Peru. De Soto menarik kesimpulan, banyak pengusaha kecil Peru yang berkecimpung di sektor informal karena mereka tak punya waktu dan dana untuk menjadi pengusaha di sektor formal.
De Soto tahu, berdagang di jalur informal penuh ketidakpastian. Mereka tak memiliki perlindungan hukum, jaminan asuransi, dan tidak bisa mendapat curahan kredit. Kemiskinan pun semakin lengkap karena aset para pengusaha gurem itu tak dilengkapi sertifikat. Mereka enggan ke notaris karena untuk mendapatkan sertifikat harus bolak-balik hingga 17 kali. Padahal, di negara maju, 70 persen pengusaha meraih modal pertamanya dengan memanfaatkan rumah dan tanah sebagai agunan.
De Soto membuat gebrakan. Pendiri Institute for Liberty and Democracy itu mengusulkan, pemerintah Peru harus memberikan sertifikat resmi bagi semua tanah dan rumah kaum miskin yang berada di jalur ekstralegal. “Legalkan properti mereka sehingga mereka terlibat dalam sistem ekonomi pasar,” katanya saat berkunjung ke Tempo, akhir tahun lalu. Cara ini, kata dia, akan memberikan efek domino.
Pengusaha yang asetnya bersertifikat, misalnya, dapat memanfaatkan tanahnya sebagai agunan. Sedangkan pemerintah akan mendapat suntikan pemasukan dari pajak usaha karena para pengusaha kecil itu terdaftar secara resmi. Pemasukan pajak ini bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki infrastruktur. “Perbaikan infrastruktur kemudian akan menekan biaya produksi dan menggenjot efisiensi,” ucapnya.
Pemerintah Peru tertarik oleh usul De Soto. Pada awal 1980-an Peru gencar menjalankan program pemberian 1,2 juta sertifikat tanah dan 400 ribu izin usaha. Izin usaha di negara itu juga dipangkas dari 289 hari menjadi satu hari.
Resep De Soto cespleng. Dalam satu setengah tahun terakhir, di negara itu muncul 400 ribu bisnis baru. Pajak usaha yang mengalir ke kas negara pun menembus US$ 2 miliar per dua minggu.
Jejak De Soto bagi pengusaha gurem itu mendapat ganjaran dari majalah Time. Ia dinobatkan sebagai satu dari lima inovator Amerika Latin terdepan pada 1999. Tiga tahun lalu, pria yang besar di Swiss itu juga termasuk jajaran 100 orang yang paling berpengaruh di dunia. Ia diundang banyak negara untuk memaparkan idenya tentang pemberian sertifikat bagi kaum miskin.
Yandhrie Arvian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo